Daftar Isi .
MUQADDIMAH ..
SEKILAS TENTANG WANITA ..
Wanita Pra Islam ....
Wanita Dalam Islam ......
Keistimewaan Wanita ....
Keutamaan-Keutamaan Wanita ....
CINTA DAN SAYANG .....
Pengertian Cinta dan Sayang .....
Pembagian
Cinta …..
Cinta
kepada Allah .…..
Tanda-tanda
Cinta Allah kepada hamba-Nya .…..
Cinta
kepada Rasulullah …..
Rasul
adalah Teladan yang Sempurna …….
Cinta
kepada Orangtua ……
Cinta
kepada Sesama …....
1.
Kasih Sayang Allah .....
2.
Kasih Sayang Makhluk .....
3.
Virus Kasih Sayang .......
Wanita Ingin di Cintai dan di Sayangi ....
Hasrat Seorang Wanita ........
MALU SEBAGAI TABIAT DASAR ....
Pengertian Malu ...........
Macam-macam Malu ........
Malu Sebagian dari Iman ........
Bila Rasa Malu telah Hilang .........
CEMBURU TANDA SAYANG .......
Pengertian Cemburu ........
Pembagian Cemburu ........
Mengapa Harus Cemburu .......
Allah juga Cemburu ......
Cemburu yang Berlebihan ........
Cemburu Karena Allah .......
INGIN DIMENGERTI, DIHARGAI, DAN DIHORMATI ........
Karena Wanita Ingin di Mengerti ......
Ingin di Hargai .........
Sebuah Pengakuan .......
Ingin di Hormati ........
Tips Agar Wanita di Hormati ......
RINDU KEBAHAGIAAN .......
Apakah Kebahagiaan Itu ? .……
Hakikat Bahagia ........
Sumber-sumber Kebahagiaan ……
Kunci Kebahagiaan ……
Memaknai Kebahagiaan ……
Unsur Kebahagiaan ........
Wanita Ingin Kebahagiaan ........
Do’a untuk Kebahagiaan …...
Kebahagiaan Dunia Akhirat .........
Tips Menjadi Wanita Paling
Bahagia …
PENUTUP ...........
DAFTAR PUSTAKA ..........
TENTANG PENULIS .........
|
MUQADDIMAH
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya bagi Allah swt, Sang
pemilik alam semesta, yang seisinya ada dalam genggaman-Nya. Kami memohon,
meminta, dan berharap hanya bagi-Nya. Semoga Dia senantiasa mencurahkan rahmat
dan kasih sayang-Nya kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya di dunia ini. Amin.
Salam dan shalawat semoga senantiasa
tercurahkan kepada manusia pembawa risalah kebenaran yang diutus oleh Allah swt
sebagai utusan terakhir, dialah Muhammad saw. Manusia yang wajib dijadikan
teladan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Karena suri teladan yang baik
telah ada pada dirinya. Sebagaimana Allah swt berfirman.
ô‰s)©9 tb%x. öNä3s9 ’Îû ÉAqß™u‘ «!$# îouqó™é& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöqu‹ø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:
21).
Meneladani kepribadian Nabi Muhammad
saw adalah sebuah kewajiban yang mutlak bagi setiap manusia, baik laki-laki
maupun perempuan. Agar menjadi manusia yang benar dan selamat di dunia dan di
akhirat.
Menjadi wanita adalah sebuah anugerah
yang luar biasa, sebagaimana jadi laki-laki. Wanita diciptakan sebagai teman
dan pendamping bagi laki-laki. Keduanya diciptakan dengan segala kekurangan dan
kelebihannya. Keduanya harus saling melengkapi sesuai dengan fitrahnya
masing-masing. Allah swt berfirman.
¨£`èd Ó¨$t6Ï9 öNä3©9 öNçFRr&ur Ó¨$t6Ï9 £`ßg©9
“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187).
Wanita adalah makhluk ciptaan Allah swt
yang paling sempurna di dunia ini. Sosok yang penuh misteri dan tak ada
tandingannya. Ia kerap kali dipuji, disanjung, dan diharapkan cintanya. Menjadi
sumber inspirasi bagi para penyair, penulis novel, dari yang klasik hingga yang
modern, dan lain sebagainya. Seperti disebutkan dalam sebuah ungkapan, “Di mana
ada wanita, di sanalah kehangatan hidup dapat dirasakan.”
Peran wanita yang sangat signifikan tak
dapat dielakkan, bahwa ia sangat berperan penting bagi eksistensi dan kemajuan
sebuah peradaban. Sebuah ungkapan menyebutkan, “Jika wanita di suatu bangsa
baik, maka baik pulalah seluruh bangsa itu. Sebaliknya, jika hancur ia, maka
hancur pulalah bangsa itu.”
Jadi, tak dapat dipungkiri bila tanpa
adanya wanita dunia akan jadi damai, indah, dan adanya peradaban. Tetapi
sebaliknya, yang dirasakan dunia bagaikan fatamorgana (gersang dan tandus),
seperti tak ada dunia. Hidup akan sunyi, kesepian, tak ada teman, hiburan,
terlebih ‘cinta’.
Di balik semua itu, kembali pada fitrah
dan tabiat dasarnya, bahwa wanita ingin dicintai dan disayangi. Perangainya
yang lemah lembut menunjukkan bahwa cinta dan sayang tak pernah terpisahkan
darinya.
“Wanita; Ingin di Cintai dan di
Sayangi” demikianlah judul buku yang ada di tangan pembaca sekarang, semoga
menjadi sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi kita semua, khususnya bagi para wanita. Bila terdapat kesalahan (kekeliruan) dan kekurangan, mohon diingatkan.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk sebuah
pembenaran lebih lanjut.
Akhirnya, selamat membaca dan mengambil
manfaatnya!
Belitong, Desember 2011
CINTA DAN SAYANG
“Ulama’ ma’ani mengatakan,
Cinta adalah
kecenderungan terhadap sesuatu atau seseorang,
karena
lengketnya kecenderungan itu maka disebut shababah
yang apabila
melebihi yang seharusnya menjadi asyik dan
jika sampai
ke puncak disebut shaghar, atau ketika sudah
samapi
menghambakan diri disebut tatayyum.”
÷ Faisal
Tehrani ø
Cinta dan sayang adalah fitrah yang
dimiliki oleh setiap manusia, karenanya setiap orang dianugerahi naluri untuk
menyayangi dan disayangi. Mengekspresikan (menyalurkan) rasa cinta bukanlah
suatu kesalahan, selama masih mengikuti
ketentuan yang telah ditetapkan oleh agama (Islam), begitu juga dengan
rasa sayang.
Pengertian
Cinta dan Sayang
a. Cinta
Cinta dapat diartikan sebagai suatu
perasaan atau keinginan untuk memiliki sesuatu yang dianggap atau dicitakan
bisa menyenangkan, mendamaikan, menenangkan, dan bahkan dapat membahagiakan.
Cinta paling tinggi didefinisikan sebagai cinta sejati kepada pencipta segala
cinta, yaitu Allah swt. Cinta sejati ini lahir dari hati seorang yang beriman,
yang mencintai Allah dengan sepenuh hati dan perasaan, bersikap lemah lembut,
dan saling mengasihi sesama manusia.
Cinta adalah kekuatan yang luar biasa,
karena dapat membuat seseorang melakukan sesuatu yang terfikirkan oleh akal. Ia
juga sebagai pertalian kasih sayang yang mencakup aspek spiritual, perasaan,
fisik, intelektual, dan sosial antara individu yang terlihat. Cinta juga
berarti kemauan, kesenangan, daya tarik, kerinduan, dan keresahan oleh
keterikatan perasaan kepada seseorang atau sesuatu (Kamsah, 2006: 9).
Sungguh cinta yang murni, suci, sunyi
dari penipuan dan bersumber dari mata air yang jernih merupakan cita-cita
agung. Cita-cita setiap orang yang bertaqwa, harapan setiap pencari kebenaran,
dan tujuan setiap perindu ilahi. Cinta suci ini membuka hati yang tertutup,
memuaskan jiwa-jiwa yang dahaga, menyatukan kelompok-kelompok yang berselisih,
pikiran-pikiran yang berseberangan, dan menunudukkan nafsu amarah, kemudian
sang pecinta mendapatkan salam sejahtera dari Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang.
“Ya Allah, jangan Engkau halangi kami dari kebaikan yang ada padaMu karena
keburukan yang ada pada kami” (Al-Hajjar, 2003: 67-68).
Mendefinisikan cinta tidak dapat
difokuskan ke dalam satu pengertian yang pasti, karena pada hakikatnya ia hanya
dapat dimaknai oleh orang yang sedang mengalaminya. Namun, cinta yang hakiki
adalah sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’an dan al-Hadits, yakni cinta
karena Allah dan hanya untuk Allah. Sebagaimana diingatkan oleh Allah dalam
al-Qur’an bahwa apa yang ada di sisinya lebih baik daripada cinta-cinta yang
bersifat keduniaan.
z`Îiƒã— Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$# šÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎŽÏÜ»oYs)ø9$#ur ÍotsÜZs)ßJø9$# šÆÏB É=yd©%!$# ÏpžÒÏÿø9$#ur È@ø‹y‚ø9$#ur ÏptB§q|¡ßJø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur Ï^öysø9$#ur 3 šÏ9ºsŒ ßì»tFtB Ío4qu‹ysø9$# $u‹÷R‘‰9$# ( ª!$#ur ¼çny‰YÏã ÚÆó¡ãm É>$t«yJø9$# ÇÊÍÈ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran: 14)
Dalam riwayat Tirmidzi dari Ibnu Abbas,
Nabi Muhammad saw bersabda, “Cintailah Allah karena Dia yang mencurahkan
nikmat-nikmat-Nya kepadamu; dan cintailah Aku (nabi saw) karena mencintai
Allah, dan cintailah keluargaku karena mencintaiku.” (HR. Tirmidzi)
Berikut akan diuraikan cinta menurut
al-Qur’an dan Hadits sebagaimana yang dijelaskan oleh Kamsah (2006: 15).
Pengertian cinta menurut al-Qur’an;
Y
Hasrat untuk
berpasangan dalam menikmati keindahan dan kelezatan hidup,
Y
Kesenangan dan
keinginan terhadap hal-hal yang disenangi,
Y
Berbagi,
kemuliaan hati, kasih sayang, hormat, dan ketaatan kepadda yang dicintai,
Y
Cinta yang sejati
lahir dari orang beriman yang mencintai Allah sepenuh hati dan perasaan,
bersikap lembut, dan aling mengasihi sesama umat Islam.
Pengertian cinta menurut Hadits;
Y
Saling menebarkan
salam dan mengucapkan hormat,
Y
Memelihara
silaturahim – saling berhubungan dan mengunjungi,
Y
Cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya dan cinta sesama manusia semata-mata karena Allah akan
melahirkan kenikmatan spiritual atau kelezatan dalam keimanan.
Pembagian
Cinta
Cinta dapat dibagi menjadi empat
bagian, yaitu; cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada
orangtua, dan cinta kepada sesama. Cinta kepada Allah yakni melaksanakan
perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Cinta kepada rasulullah yakni dengan
menneladani kepribadiannya dan diterapkan dalam kehidupan. Cinta kepada
orangtua yakni dengan berbakti kepadda mereka, dan cinta kepada sesama yakni
dengan memelihara hubungan (silaturahim).
Cinta Kepada
Allah
Cinta kepada Allah adalah suatu
kewajiban yang mutlak bagi setiap makhluk (manusia), khusunya bagi seorang
Muslim. Cinta kepada Allah merupakan wujud dari pengimanan seorang hamba kepada
penciptanya. Oleh karena itu, bila manusia tidak mencintai Allah, padahal ia
seorang Muslim, maka ia tidak akan pernah merasakan manisnya iman. Sebagaimana
Nabi saw bersabda, “Ada tiga hal ketika orang yang memilikinya akan meraakan
manisnya iman, yaitu; mencintai Allah dan rasul-nya melebihi segala-galanya,
mencintai seorang hanya karena Allah, dan enggan kembali kafir setelah
diselamatkan oleh Allah daripadanya, sebagaimana enggannya kalau dilemparkan ke
dalam api.” (HR. Bukhari Muslim)
Berdasarkan hadits ini, sudah jelas
bahwa hanya orang-orang yang mencintai Allah dan rasul-Nya yang akan merasakan
manisnya iman. Bila seorang telah merasakan manisnya iman, tentunya hidupnya
akan tenang dan bahagia, dantentunya mendapat jaminan surga dari Allah swt.
Menurut Ibnu Athaillah, cinta hamba
kepada Allah adalah suatu sikap mental, sikap yang mendorong manusia untuk
mengagungkan Allah.sikap yang selalu mengharapkan keridhaan-Nya. Selalu ingin
bertemu dengan Tuhannya. Tidak merasa tenang dengan kemewahan duniawi, hanya
Allah yang selalu muncul dalam getar kalbunya. Berzikir, bertasbih, dan
bertahmid kepada Allah. Orang yang mencintai Allah selalu menyebut nama-Nya,
selalu berttaubat kepada-Nya, berserah diri, dan menerima ketentuan-Nya, serta
bersedia meninggalkan nafsu syahwatnya. Bahkan bersedia mengorbankan
segala-galanya demi kepentingan Allah (Kamsah, 2006: 209).
Tidak ada apapun yang boleh kita cintai
selain Allah, dan mencintai hanya karena Allah. Dialah yang harus dan wajib
untuk disembah. Sebagaimana firman-Nya,
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 ÇÎÏÈ
“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Tanda-tanda
Cinta Allah kepada hamba-Nya
Allah swt berfirman,
ö@è% bÎ) óOçFZä. tbq™7Åsè? ©!$# ‘ÏRqãèÎ7¨?$$sù ãNä3ö7Î6ósムª!$# öÏÿøótƒur ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRèŒ 3 ª!$#ur Ö‘qàÿxî ÒO‹Ïm§‘ ÇÌÊÈ
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
Dan firman-Nya,
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä `tB £‰s?ötƒ öNä3YÏB `tã ¾ÏmÏZƒÏŠ t$öq|¡sù ’ÎAù'tƒ ª!$# 5Qöqs)Î/ öNåk™:Ïtä† ÿ¼çmtRq™6Ïtä†ur A'©!ÏŒr& ’n?tã tûüÏZÏB÷sßJø9$# >o¨“Ïãr& ’n?tã tûïÍÏÿ»s3ø9$# šcr߉Îg»pgä† ’Îû È@‹Î6y™ «!$# Ÿwur tbqèù$sƒs† sptBöqs9 5OͬIw 4 y7Ï9ºsŒ ã@ôÒsù «!$# ÏmŠÏ?÷sム`tB âä!$t±o„ 4 ª!$#ur ììÅ™ºur íOŠÎ=tæ ÇÎÍÈ
“Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Maidah: 54)
Dari uraian ayat di atas, dapat
dipahami bahwa tanda-tanda cintanya Allah kepadda hamba-Nya adalah akan
diampuninya dosa-dosanya dan iapun (hamba) akan dicintai oleh Allah swt. Bila
Allah telah cinta, maka seluruh makhluk ciptaan-Nya – pun akan mencintainya.
Sebagaimana dalam sebuah hadits dijelaskan, “Apabila Allah mencintai seseorang,
maka Allah memanggil Jibril seraya berfirman, “Allah swt mencintai Fulan, maka
cintailah ia.” Kemudian Jibril mencintai orang itu dan berkata kepada penghuni
langit, “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia.” Kemudian
penghuni langit mencintai orang itu. Setelah itu, cinta tersebut diteruskan
kepada penghuni bumi.” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam riwayat lain, Muslim menambahkan,
“Dan apabila Allah membenci seseorang, maka Allah memanggil Jibril dan
berfirman; “Sesunguhnya Aku (Allah) membenci Fulan, maka bencilah ia.” Kemudian
Jibril membenci orang itu. Setelah itu Jibril berkata kepada penghuni langit;
“Sesungguhnya Allah membenci Fulan, maka bencilah ia.” Kemudian kebencian
tersebut diteruskan kepada penghuni bumi.”
Demikianlah tanda-tanda cintanya Allah
kepada hamba-hamba-Nya. Ia akan dicintai oleh para Malaikat, penghuni langit,
dan akan dicintai oleh penghuni bumi (manusia dan makhluk lainnya).
Cinta kepada
Rasulullah
Cinta kepada Rasulullah merupakan
prasyarat atas kesempurnaan iman, sebagaimana yang diriwayatkan dalam sebuah
hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas ra, “Seseorang di antara kamu tidak masuk dalam perkiraan (kategori)
beriman sehingga (ia) menempatkan Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari
Muslim).
Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa
Rasulullah saw bersabda;
اِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَا مَكَارِمَ اْلاَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutuskan untuk
menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad)
Meneladani pribadi rasulullah aalah
sebuah keharusan bagi setiap manusia (sebagai pengikutnya). Oleh karena itu,
selayaknya untuk senantiasa bershalawat kepada beliau, sebagai tanda kecintaan
kepada beliau. Menjalankan sunnahnya tanpa harus mencari asal-usulnya, karena
setiap apapun yang dilakukan atau diperbuat oleh rasulullah semuanya adalah
benar dan pasti ada hikmahnya.
Allah swt berfirman,
ô‰s)©9 tb%x. öNä3s9 ’Îû ÉAqß™u‘ «!$# îouqó™é& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöqu‹ø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Dan firman-Nya,
y7¯RÎ)ur 4’n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS. Al-Qalam: 4)
Rasul adalah
Teladan yang Sempurna
Tidak ada teladan yang paling baik di
dunia ini yang patut untuk diikuti, kecuali keteladanan Nabi Muhammad saw.
Setiap apapun yang dilakukan dan yang diperbuat oleh Nabi saw adalah baik, dan
itu adalah sunnah yang harus diikuti dan dilakukan.
Rasulullah saw adalah manusia terbaik,
dia tidak melakukan apapun melainkan yang baik dan benar. Ia sangat penyayang,
pemaaf, sopan santun, murah senyuman, dan lain sebagainya. Seperti yang
dikatakan oleh Abdullah bin Harits bin Jaz’in, “Aku tidak pernah melihat orang
yang lebih banyak senyumnya dibanding Rasulullah saw.” (HR. Turmudzi).
Berikut sebuah kisah yang dicerikan
oleh seorang pembantu nabi tentang kesantunan beliau terhadap pembantunya
(al-Qasim, 2009: 110). Anas bin Malik berkata;
خَـدَ
مْـتُ رَسُوْلُ اللهِ صَـلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّــمَ عَـشْـرَ سِنِيْـــنَ فَـمَا
قَــالَ لِى: أُفٍّٔ، قَـطُّ ، وَمَا
قَــالَ لِشَيْءِ صَنَعْتُهُ : لِـمَ صَنَعْتَهُ ؟ وَلَا لِـشَيْءٍ تَرَكْـتُهُ : لِـمَ
تَرَكْـتَهُ ؟
“Aku menjadi
pembantu Rasulullah selama sepuluh tahun. Selama itu beliau tidak pernah
berkata ‘ah’ kepadaku. Tidak pernah mengomentariku karena suatu pekerjaan
dengan mengatakan, ‘Kenapa engkau mengerjakan hal itu?’ Dan juga belum pernah
mengomentari sesuatu yang tidak aku selesaikan dengan mengatakan, ‘Kenapa kamu
tidak mengerjakannya?’.” (HR. Muslim)
Inilah akhlak mulia serta suri teladan
dari Rasulullah saw yang harus diikuti dan dijaddikan pelajaran. Agar menjadi
manusia yang terbaik dan mendapat pahala dari Allah swt, serta dimasukkan ke
dalam surga-Nya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Cinta kepada
Orangtua
Cinta kepada orangtua adalah kewajiban
bagi seorang anak. Berbakti dan berbuat baik kepada mereka adalah salah satu
bukti cinta seorang anak kepada keduanya. Anjuran untuk berbuat baik dan
berbakti kepada kedua orangtua telah dituliskan dalam al-Qur’an, sebagaimana
firman-Nya,
* 4Ó|Ós%ur y7•/u‘ žwr& (#ÿr߉ç7÷ès? HwÎ) çn$ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8y‰YÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèd߉tnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA—%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§‘ $yJßg÷Hxqö‘$# $yJx. ’ÎT$u‹/u‘ #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil". (QS. Al-Isra’: 23-24)
Berbakti dan berbuat baik kepada kedua
orangtua adalah amal yang paling disukai oleh Allah swt, dan ini adalah
perintah yang diberikan-Nya kepada setiap anak. Sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim, dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud berkata,
“Saya bertanya kepada Nabi saw; ‘Apakah amal yang paling disukai oleh Allah
swt?’ Beliau menjawab, ‘Shalat pada waktunya.’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa?’
Beliau menjawab, ‘Berbuat baik kepada kedua orangtua.’ Saya bertanya, ‘Kemudian
apa?’ Beliau menjawab, ‘Berjuang padda jalan Allah’.” (HR. Bukhari Muslim).
Cinta kepada
Sesama
Memelihara silaturahim merupakan salah
satu bentuk dari cinta kepada sesama, merendah diri juga termasuk bagian
darinya. Saling tolong-menolong, berbuat baik, menjaga dan memelihara keamanan
dan kedamaian di antara sesama juga sebagai bukti cinta kepada sesama, terlebih
bila sesama Muslim.
Allah swt berfirman,
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷ƒuqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Dan firman-Nya,
Èßxù=Á9$#ur ׎öyz 3 ÏNuŽÅØômé&ur Ú[àÿRF{$# £x’±9$#
“... dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir.” (QS.
An-Nisa’: 128)
Kemudian dalam ayat lain Allah swt juga
berfirman,
(#qçRur$yès?ur ’n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3“uqø)G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? ’n?tã ÉOøOM}$# Èbºurô‰ãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߉ƒÏ‰x© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat
siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tidak sempurna iman seseorang di antara
kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri.” (HR. Bukhari Muslim).
Demikianlah perintah dan ajaran dari
Allah swt dan Rasulullah saw agar cinta kepada sesama (ukhuwah Islamiyyah). Karena sebagai makhluk sosial, setiap manusia
pasti membutuhkan orang lain, baik dalam keluarga, masyarakat, tetangga,
saudara, teman, dan lain sebagainya.
b. Sayang
Sayang (kasing sayang) adalah perasaan
ingin dibelai, dimanja, dijaga, dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Sudah
tidak diperdebatkan lagi bahwa setiap orang memerlukan dan membutuhkan kasih
sayang, sejak lahir hingga menghembuskan nafas yang terakhir. Kasih sayang
adalah perasaan suci murni yang menuntut perhatian dan penghargaan dari
orang-orang di sekelilingnya. Jiwa dan raga menjadi subur dan kuat apabila
kehidupan diceritakan dengan kasih sayang, kehidupan menjadi pincang dan selalu
ada kesalahan (Kamsah, 2006). Kekeringan kasih sayang menyebabkan hilangnya
rasa cinta. Bila rasa cinta telah hilang maka tiada lagi yang bernilai agama
(religius). Tatkala tak ada lagi nilai-nilai agama dalam diri, maka keluarlah
ia dari Islam.
Kasih sayang, atau dalam bahasa
al-Qur’an ‘rahmat’ ada dua macam. Ada yang berhubungan dengan hak Allah dan ada
yang berhubungan dengan makhluk. Curahan rasa cinta kasih, betapapun kecil yang
kita berikan kepada seseorang (terlebih kepada Allah), dapat menjamin kemudahan
jalan kita menuju surga-Nya.
1. Kasih Sayang
Allah
Kasih sayang yang berhubungan dengan
Allah, yaitu kasih sayang yang merupakan sifat dari zat Allah yang tidak
terbilang jumlahnya, sebagaimana firman-Nya,
ÓÉLyJômu‘ur ôMyèÅ™ur ¨@ä. &äóÓx« ÇÊÎÏÈ ...
“Dan rahmat-Ku (kasih sayang) meliputi segala
sesuatu..."(QS. Al-A’raaf: 156)
Dan juga kasih sayang yang merupakan
sifat dari pekerjaan Allah (fi’il-Nya).
Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya
Allah menjaddikan rahmat (kasih sayang) sebanyak seratus rahmat pada hari Dia
menjadikan rahmat itu.” (HR. Bukhari)
Ini berarti kasih sayang Allah adalah
kasih sayang yang mencakup segala sesuatu itu, termasuk bagian sifat Allah yang
selalu ada dan tidak bisa dibagi, dipilah, atau dikelompokkan. Berbeda dengan
rahmat (kasih sayang) Allah yang Dia ciptakan untuk hamba-Nya dan meletakkan
kasih sayang (pen) itu dalam hati
mereka (ash-Shagharji, 2004: 51-52). Sebagaimana Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya Allah menjaddikan seratus
rahmat ketika Dia menciptakan langit dan bumi. Setiap rahmat bersusun antara
langit dan bumi.”
2. Kasih Sayang
Makhluk
Kasih sayang yang berkaitan dengan
kecenderungan hati yang diiringi dengan rasa cinta dan sayang kepada semua yang
dikasihi, dan dibuktikan dengan tindakan nyata, seperti memberi makan kepada
yang lapar, memberi pakaian mereka yang telanjang, menyelamatkan mereka yang
ada dalam bahaya, membela orang yang teraniaya, dan menunjukkan orang yang
bingung menjawab (mengajari) orang yang bertanya tentang agama.
Seperti apa yang dikatakan oleh
Jalaludin Ar-Rumi dalam Al-Hallaj (2003), “Jika tidak ada cinta, peradaban
dunia akan membeku. Cinta bagaikan lautan; seluas dan sedalah daya jelajah hati
nurani manusia itu sendiri. Cinta dan sayanglah yang seharusnya menjadi dasar
utama bagi hubungan antara manusia, kebudayaan, bangsa, dan sistem hidup yang
berbeda.”
Seorang sufi besar yang telah terbukti
cintanya kepada yang Maha menciptakan cinta, mengecam orang yang mengaku cinta
tetapi tidak membuktikan cintanya dengan sejati dan benar. Dialah Rabiatul
Adawiyah, dalam syairnya menyebutkan;
“Engkau
durhaka kepada Tuhan,
sedangkan
engkau mengaku cinta kepada-Nya.
Ini adalah
yang mustahil dan merupakan cinta palsu.
Sekiranya
cinta kamu benar,
pasti kamu
taat kepada-Nya.
Engkau yang
menjalin hubungan cinta akan tunduk pada yang dicintainya.”
(Kamsah, 2006: 234)
Jarir bin Abdillah al-Bajali meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw bersabda;
“Barangsiapa
yang tidak mengasihi manusia, maka Allah Azza Wajalla juga tidak akan
mengasihinya.” (HR. Muslim)
Dan dari Abu Hurairah, beliau bercerita
bahwa Rasulullah saw bersabda;
لَا تَـــنْزَعُ الـرّحْمَةُ
إِلَّا مِنْ شَقِيٍّ
“Rahmat
(kasih sayang) tidak akan dicabut kecuali dari orang yang celaka.” (HR. Abu Dawud)
Banyak yang berubah di dunia ini karena
ada kasih sayang. Banyak pula yang berganti lantaran tak ada kasih sayang. Ia
memang pilar penting dalam kehidupan ini. Berikut diuraikan betapa pentingnya
kasih sayang dalam kehidupan.
Menyayangi
adalah sari pati ajaran Tauhid
Bagi seorang Muslim, soal kasih sayang
bukanlah suatu hal sederhanan. Sebab, secara substansi kasih sayang merupakan
sari pati ajaran tauhid.
Rasulullah saw bersabda,
عَـنْ
اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ اْلنَّبِيٍّ صَــلَّى اللهُ عَـلَـــيْهِ
وَسَــــلَّم قَالَــــ : لَا يُــؤْمِنُ اَحَـدُ كُــمْ حَــتَّى يُحِـبُّ
لِاَخِـيْهِ مَا يُحِـبُّ لِـنَفْـسِهِ
“Dari Anas
ra, dari Nabi saw, beliau bersabda; ‘Salah seorang di antara kamu sekalian
tidaklah sempurna imannya sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri.” (HR.
Bukhari Muslim)
Menyayangi merupakan langkah dasar untuk
menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka
Bila kita sayang terhadap diri dan
keluarga, tentu kita ingin bersama-sama masuk ke surga. Tidak ada seorangpun di
dunia ini menginginkan sesuatu yang jelek terhadap diri dan keluarganya,
apalagi untuk terjerumuskan ke dalam kenistaan dan kehinaan di mata Allah swt,
yang pada akhirnya mendapat ganjaran dengan neraka. Oleh karena itu, Allah
memerintahkan kepada kita agar senantiasa menjaga diri dan keluarga agar
terhindar dari api neraka, sebagaimana firman-Nya;
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3‹Î=÷dr&ur #Y‘$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou‘$yfÏtø:$#ur ... ÇÏÈ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu...”
(QS. At-Tahrim: 6)
Kemudian Allah juga menjanjikan kepada
mereka berkumpul bersama nantinya, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an, “Dan orang-orang yang beriman, dan anak cucu
mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka,
dan Kami tiada mengurangi sedikitpun daripada amal mereka.” (QS. Ath-Thur:
21).
Kuncinya hanya dengan iman, yakni hanya
berserah diri pada Allah swt semata. Menjalankan ajaran Islam secara sempurna,
mengerjakan semua perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Menyayangi akan mengantarkan kepada
persatuan
Dalam Islam, kasih sayang dalam
pengertian kolektif memiliki wadah besar bernama ukhuwah atau persaudaraan. Sudah menjadi kewajiban bagi seorang
Muslim untuk menjalin dan memupuk persaudaraan (ukhuwah islamiyah). Memupuknya adalah dengan sikap lemah lembut dan
sopan santun. Sebagaimana Allah swt berfirman, “Maka disebabkan rahmat Allah, kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut
kepada mereka. Sekira kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri darri sekelilingmu, karena itu maafkanlah mereka.” (QS. Ali
Imran: 159).
Menyayangi akan menjadi penyambung utama
kehidupan
Keberlangsungan hidup manusia tidak
akan pernah lepas dari kasih sayang. Sebab, dunia ini ada karena ada kasih
sayang, dan ia tetap ada selama masih ada kasih sayang. Ketika kasih sayang
hilang, cepat atau lambat kehidupan akan berhujung kepada kepunahan. Ketika
kasih sayang tercabut dari kehidupan bersama, maka bencana kehilangan yang
begitu mengerikan akan segera datang.
Maka berikanlah kasih sayang kepada
sesama, tidak harus memandang siapa orangnya, yang terpenting berkasih
sayanglah kita kepada sesama umat Islam. Dengan demikian, sedikit banyak akan
memberikan andil bagi keberlangsungan hidup dan kehidupan ini (Tarbawi, 2003:
9-11).
3. Virus Kasih
Sayang
Virus ini, sedapat mungkin dengan usaha
yang sungguh-sungguh harus kita hindari dan harus dibuang sejauh mungkin. Jangan sampai ada sedikitpun
ia melekat dalam diri kita, karena ia kan menjadikan hilangnya kasih sayang.
Virus tersebut sebagi berikut;
{
Penyakit hati,
yaitu; dengki, sombong, iri, amarah, dan
penyakit hati lainnya akan meredupkan kasih sayang. Rasulullah saw bersabda, “Kedengkian akan memakan kebaikan,
sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Ibnu Majjah).
{
Latar belakang
kejiwaan, yaitu kehilangan kasih sayang yang disebabkan seseorang memiliki
latar belakang kejiwaan (kebiasaan) yang keras dan kasar.
{
Godaan syetan,
yang tak pernah lelah untuk menggoda manusia, berbagai cara dilakukan agar
terjadi perseteruan di antara sesama manusia, hingga pada akhirnya bagi yang
lemah akan terjerumus ke dalam kesesatan.
{
Hawa nafsu,
inilah virus yang paling sulit untuk dideteksi, bentuk dan rupanya tidak bisa
dilihat, juga tidak dapat digambarkan dengan pasti. Ia bisa dalam bentuk
berlebihan pada saat memberikan kasih sayang tersebut. Awalnya baik, tetapi
hawa nafsu menjadikannya menyimpang dari niat awalnya. Bahkan bisa menyeretnya
ke jalan yang salah dan menjadikannya kasih sayang yang haram (yang dilandasi
atas dasar hawa nafsu, bukan karena Allah). (Tarbawi, 2003: 11).
Wanita Ingin
Dicintai dan Disayangi
Sudah menjadi fitrah manusia, bahwa
manusia ingin mencintai dan dicintai. Cinta diterima sebagai kebutuhan hidup
dan juga sebagai jalan untuk mengenal dan mengagungkan Allah swt. Sebagaimana
tertulis dalam al-Qur’an, firman-Nya,
`ÏBur Èe@à2 >äóÓx« $oYø)n=yz Èû÷üy`÷ry— ÷/ä3ª=yès9 tbrã©.x‹s? ÇÍÒÈ
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz-Dzariyat: 49)
Demikian juga halnya dengan wanita,
selalu ingin dicintai, dikasihi, dan disayangi oleh siapapun, baik sebagai
seorang ibu, anak, ataupun ia sebagai seorang istri.
1. Sebagai
Seorang Ibu
Selain melahirkan, tugas seorang ibu
sangatlah berat, ia harus merawat dan mendidik anak yang telah dilahirkannya
agar menjadi anak yang shalih dan shalehah, juga pandai berbakti. tidak hanya
itu, ia juga merawat keluarga, suami, dan harta suaminya. Semua itu dilakukan
tanpa meminta dan mengharapkan imbalan, atau balasan atas apa yang telah
dilakukannya.
Di samping tugasnya yang begitu berat,
walau ia tak mengharap balas dan imbalan dari tugas tersebut, sebagai seorang
wanita ia tetap membutuhkan cinta dan kasih sayang, terutama dari suami dan
anak-anaknya. Tak ada seorangpun yang tidak menginginkan kasih sayang,
demikianlah ibu, ia selalu ingin dicintai dan disayangi, love forever.
Seorang suami, kasih sayang yang harus
diberikannya adalah membahagiakannya di dunia dan di akhirat sebagai yang
utama. Ia juga harus menjamin keselamatan, menjadi tempat perlindungan, dan
memenuhi nafkahnya lahir dan bathin.
Dia juga harus tahu bagaimana
memperlakukannya dan menunaikan hak-haknya semampunya dengan penuh kasih
sayang. Tidak pernah lupa untuk senantiasa berterima kasih kepadanya atas
bantuan, pendidikannya terhadap anak-anak, dan atas pekerjaan rumah. Dengan
terima kasih (pujian) yang sering diucapkan kepadanya akan memberikan semangat
baru, sehingga membuatnya tidak menjadi malas dan jemu.
Selalu peka dan penuh cinta kasih
terhadap istrinya. Kata-kata cinta dan kasih sayang sering keluar dari
lisannya, sehingga dapat menyenangkan dan mendamaikan hati istrinya. Sebagai
seorang suami, ia tidak hanya pandai menghibur, ataupun cukup hanya dengan
memenuhi kebutuhan lahir bathinnya, tetapi semua hal harus dimilikinya
(berusaha menjadi manusia yang multi fungsi atau super power bagi istrinya,
insya Allah).
Sedang sebagai anak, ia harus berbakti
kepadanya (ibu) dengan cara berbuat baik dan menyenangkan hatinya. Selain itu,
sebagaimana harapan semua orangtua terhadap anaknya adalah agar mereka
menjadi anak yang shalih dan shalihah.
Mengingat jasa orangtua, teruatama ibu
yang telah berjuang mengandungnya selama sembilan sepuluh hari dengan
mempertaruhkan nyawa saat melahirkannya. Tak pernah ia mengharapkan balasan
dari anaknya; dengan ikhlas, merupakan sebuah kebahagiaan yang telah lama
dinantikan. Setelahnya, ia dirawat, dididik, dinafkahi, dan dibesarkan dengan
penuh kasih sayang.
Karena jasanya yang besar itulah, Allah
swt sangat besar pula perhatian terhadapnya (termasuk ayahnya; orangtua),
sehingga Dia (Allah) mengaitkan berbakti dan berbuat baik kepadanya dengan
ibadah dan tauhid kepada-Nya.
Allah swt berfirman,
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çm•Bé& $·Z÷dur 4’n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur ’Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# ’Í< y7÷ƒy‰Ï9ºuqÎ9ur ¥’n<Î) çŽÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
Dan firman-Nya,
* (#r߉ç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«ø‹x© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) “É‹Î/ur 4’n1öà)ø9$# 4’yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í‘$pgø:$#ur “ÏŒ 4’n1öà)ø9$# Í‘$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@‹Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä† `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·‘qã‚sù ÇÌÏÈ
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat,
Ibnu sabil, dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa’: 36)
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar, bahwa
Rasulullah saw bersabda, “Beraktilah
kepada orangtuamu, niscaya anak-anakmu akan berbakti kepadamu, dan peliharalah
kebersihan dirimu, agar istrimu memelihara kebersihannya.” (HR. Thabrani).
Kemudian diriwayatkan dalam hadits lain,
bahwa pada suatu hari ada seorang laki-laki datang menemui Nabi saw, lalu
bertanya kepada beliau, “Siapakah orang yang paling berhak saya pergauli
(berbakti) dengan baik?” “Ibumu”, jawab Nabi saw. “Kemudian siapa lagi?”
“Ibumu”, jawab Nabi saw. “Kemudian siapa lagi?” “Ibumu”, jawab Nabi saw.
“Kemudian siapa lagi?” “Ayahhmu”, jawab Nabi saw.” (HR. Bukhari Muslim).
Demikianlah perintah Allah dan
Rasulullah kepada seorang anak agar berbakti kepada ibunya, baru kemudian
kepada ayahny. Sungguh mulia, hingga Nabi saw memerintahkan agar lebih
mengutamakan berbakti kepada ibu, bukan kepada ayah. Begitulah tugas seorang
anak kepada kedua orantunya, agar berbakti dan berbuat baik kepadanya.
2. Sebagai
Seorang Anak
Selain sebagai ibu, wanita sebagai anak
juga ingin dicintai dan disayangi. Ia sangat membutuhkan kasih sayang dari
kedua orangtuanya, terutama dari ibunya. Anak adalah permata keluarga, permata
yang paling berharga di dunia. Karena nantinya, jika orangtuanya telah tiada,
ia adalah sebagai jariyah bagi keduanya. Anak menjadi jariyah bagi mereka
tatkala anak adalah anak yang shalih dan shalihah. Sedang, menjadikan anak
untuk jadi anak yang sahlih dan shalihah adalah tanggungjawab kedua orangtua.
Karena pada hakikatnya anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), sebagaimana
Nabi saw bersabda;
“Dari Abu
Hurairah ra berkata, bahwasannya Rasulullah saw bersabda; “Tidaklah seorang
yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah (suci dari kesalahan dan dosa),
maka oarangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, nasrani, dan Majusi.” (HR. Muslim).
Ummu Fudhail bercerita, suatu ketika dia
datang ke rumah Rasulullah saaw dengan membawa seporang anak. Nabi menyambutnya
dengan gembira seraya mengembangkan tangannya dan mengangkat anak tersebut ke
atas pangkuannya. Tiba-tiba anak itu kencing. Ummu Fudhail langsung merenggut
anak itu dengan kasar. Seketika itu Nabi saw langsung menegur wanita tersebut
seraya mengingatkannya, “Saudariku,
pakaian yang basah ini bisa dibersihkan dengan air. Tapi apa yang bisa
menghilangkan kekeruhan dalam jiwa sang anak akibat renggutanmu yang kasar
itu?” (Gunadi (pen.), dkk., 2002:
89).
Kisah ini menggambarkan betapa
pentingnya berhati-hari dalam memelihara jiwa anak. Jangan sampai mengesankan
kekasaran dan kekerasan yang dapat dibawanya sampai dewasa. Berapapun usianya,
seorang anak adalah manusia yang memiliki jiwa, perasaan, dan kepribadian
lainnya.
Orangtua yang memperlakukan anak-anak
wanitanya dengan baik, bersabar dalam mengasuh mereka, mendidik dengan cara
yang baik, serta selalu memperhatikan hak Allah pada diri mereka hingga
mencapai usia dewasa atau hingga orangtua meninggal, dijanjikan oleh Rasulullah
akan mendapatkan balasan surga, bahkan akan di tempatkan kedudukannya di dekat
beliau saw di perkampungan yang penuh dengan kenikmatan dan kekal abadi
selamanya. Sebagaimana telah dijelaskan
di atas, bahwa nantinya ia akan menjadi amal jariyah untuk mereka.
Orangtua tidak berwenang untuk menjual
atau memberikan hak kepemilikan anak perempuannya kepada orang lain dalam
keadaan bagaimanapun. Sebab, Islam telah menghapuskan jual beli orang merdeka,
baik laki-laki maupun perempuan, dalam bentuk apapun termasuk anak. Apabila dia
memiliki harta sendiri, kewajiban orangtua adalah mengawasi harta tersebut
dengan cara yang baik dan bijak (Al-Qardhawi, 2006: 97).
Begitulah wanita sebagai seorang anak,
ia senantiasa membutuhkan kehangatan kasih sayang, perlindungan, pendidikan,
dan lain sebagainya, yang tujuannya agar menjamin dirinya bertemu dengan Sang
Penciptanya, yaitu Allah swt. Kemudian masuk ke dalam surga-Nya, kekal abadi di
dalamnya.
3. Sebagai
Seorang Istri
Wanita tak pernah lepas dari kasih dan
sayang, ia ingin selalu dicintai, disayangi, dimanjakan, dihormati, dihargai,
dan dipuji, serta diberikan perlindungan dan kedamaian. Semua hal tersebut tentunya
ia harapkan dari pasangannya, suami tercinta, I love you forever.
Istri sangat membutuhkan ketenangan dan
perlindungan dari pasangannya, di manapun dan kapanpun. Tak mengenal waktu dan
suasana. Karena ia ingin di semua suasana ada perhatian dan pujian untuknya.
Dan yang terpenting untuknya hanyalah damai, romantis, harmonis, dan bahagia. ‘Suamiku, engkau adalah segalanya untukku,
dan engkau selalu ada dalam hatiku’.
Sebagai ciptaan yang sempurna, wanita
sebagai istri secara psikologis, menurut Abu Al-Ghifari (2004: 132), lebih
banyak mendapat tekanan (stress), karena tugasnya yang begitu berat. Oleh
karena beratnya tugas tersebut, Islam menghibur mereka agar tabah, karena
pahalanya sederajat dengan laki-laki yang maju ke medan perang (syahid).
Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Siapa
di antara kalian (para istri dan ibu) ikhlas tinggal di rumah untuk mengasuh
anak-anak dan melayani segala urusan suaminya, maka ia akan memperoleh pahala
yang kadarnya sama dengan pahala para mujahidin di jalan Allah.” (HR.
Bukhari Muslim).
Dan dalam hadits yang lain, beliau saw
juga bersabda, “Ada empat perkara yang
barangsiapa diberi keempat perkara itu berarti ia telah diberi kebaikan dunia
dan akhirat; hati yang bersyukur; lisan yang berzikir; kesabaran dalam
menghadapi cobaan; dan istri yang tidak berkhianat terhadap dirinya sendiri dan
tidak pula terhadap suaminya.” (HR. Thabrani).
Lalu dalam surat An-Nisa’ ayat 34 Allah
swt befirman,
... àM»ysÎ=»¢Á9$$sù ìM»tGÏZ»s% ×M»sàÏÿ»ym É=ø‹tóù=Ïj9 $yJÎ xáÏÿym ª!$# 4
...
“Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah
lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah
memelihara (mereka).” (QS. An-Nisa’: 34)
Islam mengangkat nilai dan martabat
wanita dengan cara meletakkan ia sebagai istri. Bahkan Islam menganggap wanita
yang mampu melaksanakan kewajibannya sebagai istri kepada suami dengan baik
sebagai bentuk jihad di jalan Allah, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits
di atas.
Rumah adalah tempat jihadnya, jadi
sebaik-baik wanita adalah mereka yang pandai menghiasi rumahnya, sehingga
suaminya merasa tenang dan damai saat berada dalam rumah. “Baiti jannati”,
inilah kata Rasulullah terhadap rumahnya. Rumahku adalah surgaku, tentram,
damai, tenang, dan asri di dalamnya. Pujian itu ditujukan kepada istrinya,
karena pandai merawat dan menghiasi rumah. Tidakkah kalian (para wanita) enggan
menjadi seperti istrinya nabi ? Yang begitu mulia dan dijamin masuk surge.
Mudah-mudahan para wanita tidak enggan, dan mencita-citakan diri agar menjadi
seperti istrinya Nabi saw.
Hasrat seorang Wanita
Di balik kehebatan dan kesempurnaan
wanita, dia tetaplah sebagai makhluk ciptaan-Nya, yang butuh akan kasih saying
dan perlindungan yang hakiki. Sekali lagi, bahwa ia ingin dicintai dan
disayangi dengan sepenuh hati. Itulah hasrat seorang wanita, selalu dan selalu
ingin dimanja, dipuji, disayangi, dan dibahagiakan. Jika semua itu telah ia
dapatkan, ia akan memberikan segalanya. Tetapi bukan berarti aia begitu mudah
memberikan segalanya kepada siapa saja. Justru secara naluriah, wanita sangat
selektif memilih siapa orang yang pantas menjadi pelindungnya. Yang pasti, ia
akan memberikan segalanya kepada suaminya, dan hanya untuk suaminya, kemudian
anaknya.
Berikut sebagai gambaran tentang
indahnya cinta seorang terhadap orang yang dicintainya;
“Ketika orang yang dicintai menyambut dengan mesra
cinta yang telah diberikan, bagaikan indahnya dalam surga, yang hanya bisa
dirasakan dengan alam fantasi (hanyalan). Ibarat sang kupu-kupu yang hinggap
pada sekuntum mawar yang sedang mekar berseri, dan membiarkan kupu-kupu
menghirup aroma dan keharumannya yang tiada tara, yang tak satupun dapat
menandinginya.
Indah... indah... begitulah cinta pabila sedang
bersemi. Terus tumbuh dan berkembang di bawah alunan gesekan biola kerinduan,
sesuai dengan perawatan dan bimbingan penderita cinta. Takkan pernah terlupakn
dalam kenangan hidup, sekalipun ia tak bisa memilikinya.
Hari-hari terasa indah, seolah mentari memberikan
cahaya kehidupan. Senyum dan tawa mengiringi setiap hentakan kaki melangkah, bagaikan
kisah cinta Laila Majnun yang penuh dengan kegilaan. Seperti jalinan cinta
Romeo dan Juliet yang rela mati demi keteguhan cinta mereka berdua. Begitulah
cinta yang sedang tumbuh dan bersemi. Terasa indah nan tiada tara. Tiada yang
dapat menyainginya pabila telah menyatu.”
Wanita adalah yang lembut dan sangat
membutuhkan kelembutan. Bahkan kelembutan itu menjadi cirri khas wanita. Oleh
karenanya, wajar saja bila wanita ingin dicintai dan disayangi. Sampai kapanpun
itu semua tidak akan pernah padam dari hatinya, dalam lubuk sanubarinya yang
paling dalam, sampai akhirnya ajal menjemput. Selama ia masih hidup, selama itu
pula hasratnya ingin selalu dicintai dan disayangi hidup dalam dirinya. Karena
itu semua adalah fitrah dan tabiat dasar bagi seorang wanita.
Oleh: Nayrus El Rayyan dan Faatihah El Rayyan