Sadar Kesehatan ke Medis atau
Nonmedis
Oleh: Suryan
Baru-baru ini presiden terpilih Joko Widodo meluncurkan program Kartu Indonesia Sehat (KIS), Senin (3/11/2014) dan menurut
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan
Maharani, KIS adalah penyempurnaan dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang digulirkan pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Jika JKN hanya dapat digunakan untuk pengobatan, maka
KIS memiliki kelebihan karena dapat digunakan untuk pencegahan dan pengobatan
(nasional.kompas.com, 3/11/2014).
Terlepas dari hal di atas, yang menjadi
sorotan penulis adalah apakah nantinya kartu `ajaib' ini benar-benar bisa
memberikan dampak yang positif ataukah negatif, atau sama saja seperti yang
sebelumnya, hanya memberikan jaminan kesehatan tetapi belum memberikan jaminan
pelayanan terhadap masyarakat kelas ke bawah yang memiliki kartu jaminan
kesehatan tersebut.
Berkaitan dengan hal ini, yang lebih penting
lagi adalah apakah masyarakat kita sudah sadar dan peduli kesehatan
secara menyeluruh hingga ke pelosok-pelosok. Tingkat kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat sudahkan dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat.
Bila hal ini belum terpenuhi, maka secara
otomatis masalah kesehatan adalah masalah yang penting untuk diwujudkan
sebagaimana tujuan dari visi pemerintah adalah `Indonesia sehat 2015' dan
sejalan dengan tema Hari Kesehatan Nasional ke-50 tahun ini, yakni "sehat
bangsaku sehat negeriku".
Kita tahu bahwa masyarakat kita, khususnya di
Belitung masih minim sekali kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan.
Jangankan untuk orang lain, untuk diri sendiri - pun belum ditumbuhkan
kesadaran dan kepedulian betapa pentingnnya arti nilai kesehatan bagi tubuh.
Padahal kesehatan adalah kekayaan yang tak ternilai harganya dan nikmat yang
tiada tara. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Endang R. Sedyaningsih, yang
mengatakan bahwa kesadaran masyarakat akan hidup sehat masih kurang. Ia
menjelaskan hal ini terlihat berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas)
tahun 2007, rumah tangga yang tidak menggunakan fasilitas buang air besar sebesar 24,8 persen, tidak memiliki
saluran pembuangan air limbah sebesar 32,5 persen (republika.co.id,
05/12/2009).
Tingkat kesadaran dan kepedulian ini dapat
kita lihat ketika masalah sakit menimpa masyarakat. Contoh saja, bila
masyarakat kita diserang panas tinggi terkadang lebih mudah percaya dengan
cerita atau omongan tetangga atau masayakat sekitar, atau sebut saja sesepuh
masayarakat tersebut untuk mendatangi orang pintar yang secara ranah kesehatan
bukan medis (non medis), walaupun sebagai ada yang membidangi medis
tradisional. Artinya, masyarakat kita lebih percaya non medis ketimbang untuk
menanyakan dan mengkonsultasikan serta memeriksakan penyakit tersebut ke
paramedis. Terkadang yang lebih memprihatinkan lagi ketika masyarakat yang
mengalami hal di atas adalah masyarakat yang tinggal di lingkungan kota, yang
notabanenya dekat dengan pusat medis.
Selain itu, hal ini dapat dilihat juga dari
tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berbau
mistis, dan bahkan terkadang membutakan pemahaman masyarakat terhadap
penanganan masalah kesehatan. Seperti halnya banyak orang yang masih
beranggapan kalau orang yang terkena gangguan jiwa itu karena mistis, padahal
bukan. Itu adalah salahsatu penyakit medis berdasarkan pernyataan dr.
Agung Frijanto, SpKJ pada Training For Trainer (TFT) yang di laksanakan Layanan
Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa, 4-5 September 2013.
Anggapan umum masyarakat terhadap orang gila
itu, karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit gangguan jiwa.
Sehingga mereka pun memberlakukan penderita gangguan jiwa dengan cara yang
tidak bersahabat, meski penderita adalah anggota keluarga sendiri
(lkc.or.id/2013/09/05).
Masyarakat kita saat memutuskan dalam penanganan masalah kesehatan sering salah persepsi, sehingga hal-hal yang memang sudah jelas secara medis, karena kemiripan gejala dengan gejala terkena gangguan mistis, sehingga dianggap masalah yang penanganannya harus dilakukan dengan non medis.
Masyarakat kita saat memutuskan dalam penanganan masalah kesehatan sering salah persepsi, sehingga hal-hal yang memang sudah jelas secara medis, karena kemiripan gejala dengan gejala terkena gangguan mistis, sehingga dianggap masalah yang penanganannya harus dilakukan dengan non medis.
Semoga momentum memperingati Hari Kesehatan
Nasional (HKN) Tahun 2014 yang genap setengah abad perjalanannya (50 tahun)
dapat memberikan dampak perubahan besar bagi bangsa, khususnya di bidang
teknologi kesehatan, sumberdaya kesehatan, dan juga resources kesehatan yang
lain yang terus dikembangkan.
Artinya secara pembangunan, hal ini sebenarnya
tidak ada lagi hal atau masalah yang membuat masyarakat menjadi tabu, yang
membuat orang buta pengetahuan atau jauh dari pusat informasi. Karena pembanguna
kesehatan tersebut telah diinformasikan melalaui media, baik itu masa atau
elektronik. Hanya saja yang dibutuhkan adalah tindak lanjut pensosialisasian
oleh instansi terkait agar sampai pesan tersebut ke semua lini.(*)
Terbit di harian pagi Bangka Pos
& Pos Belitung
Rabu (12/11/2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih...