Rabu, 26 Agustus 2009

BEKAL BULAN RAMADHAN


BEKAL BULAN RAMADHAN
Oleh : Suryan



Ramadhan adalah bulan yang tidak asing lagi bagi kita, bahkan sering kita mendengarnya, karena di setiap tahun pasti ada satu bulan penuh untuk melakukan puasa fardhu, yaitu bulan suci ramadhan. Dalam hal ini, untuk memahami makna dari ramadhan, saya ingin berbagi pengetahuan tentang apa yang mesti dipersiapkan sebelum dan ketika bulan ramadhan tiba.[*]
Memaknai ramadhan memang bukan suatu haI mudah, apalagi bagi kita kalangan awam. Akan tetapi hal ini tidak berlaku bagi kita sebagai ummat Islam, seperti dijelaskan dalam surat al-'Alaq ayat 1-5 : "IQRA' ”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia Yang mengajar (manusio) dengan pena. Dia mengajar manusia yang tidak diketahuinya" Ayat ini sangat jelas, bahwa kita tidak bisa berkilah dari keawaman selama masih memiliki akal yang sempurna.
Al-Ghazali dalam tulisannya "Rahasia Puasa Fardhu" mengemukakan beberapa syarat lahiriah puasa fardhu: Pertama, mengamati datangnya bulan ramadhan, kemudian memberitahukan hasil pengamatan tersebut. Jika tidak bisa diamati (tertutup awan) bulan, maka dengan menghitung lamanya bulan Sya'ban hingga genap 30 hari. Kedua, niat yang dilakukan disetiap malam selama bulan ramadhan. Niat tidak dilakukan hanya ketika memasuki bulan ramadhan, tetapi dilakukan selama bulan ramadhan, jika tidak demikian puasanya tidak sah (batal). Ketiga, menjauhkan dari memasukkan zat-zat seperti makanan, minuman, menghisap zat (semisal tembakau dan lainnya), dan menyuntikkan cairan kedalam tubuh dengan sengaja (kecuali uzur mendesak). Keempat, menahan diri dari berjima' (berhubungan badan). Kelima, menjauhkan diri dari mengeluarkan mani dengan sengaja karena bisa membatalkan puasa. Keenam, menjaga agar tidak muntah dengan sengaja. (dalam Bahtiar, 2005: 20-25).
Tentunya keenam syarat lahiriah tersebut telah sering terdengar ditelinga, apalagi selama bulan ramadhan. Akan tetapi hal yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menjalani dan mengamalkan hal tersebut, terlebih hal yang dilarang lainnya. Namun bagaimana kita melakukan hal tersebut? Adalah dengan menggantikan kesibukkan akan dunia dengan mengabdi dan berserah diri pada- Nya. 11 bulan sudah kita telah diberikan peluang untuk mencari dan mengumpulkan rizki-Nya agar kita leluasa menjalankan perintah-Nya selama ramadhan. Firman Allah swt.: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah swt, niscaya Dia akan menolongmut dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad (47): 7).
Di sisi lain Al-Ghazali juga mengatakan : "Cinta dunia yang herlebihan menyebabkan orang beriman melalaikan ibadah kepada Allah swt, dan melalaikan berkhidmat kepada manusia, harena cinta dunia yang berlebihan dapat mnyebabkan kuatnya hawa nafsu dan menyebabkan seseorang tidak menyiapkan bekalnya untuk akhirat.” Jadi jelaslah bahwa bulan ramadhan merupakan sebagai bulan bagi kita untuk seluas-luasnya beibadah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah swt. melalui lisan rasul-Nya: “Setiap amal shaleh akan diberi pahala dari sepuluh hingga tujuh ratus derajat, kecuali puasa, karena puasa adalah untuk-Ku dan Aku sendirilah yang akan memberinya pahala" (HR. Bukhari Muslim). Rasulullah saw, bersabda: "orang yang berpuasa akan mempetoleh dua kegembiraan, yakni kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu dengan Tuhan-Nya'' (HR. Bukhori Muslim).


[*] Sumber Bacaan: Laleh Bachtiar (Ed.), Ramadhan Itu ...; Ulasan-ulasan Mereka yang Tercerahkan, Surabaya: Risalah Gusti, 2005.