BEKAL BULAN RAMADHAN
Oleh :
Suryan
Ramadhan
adalah bulan yang tidak asing lagi bagi kita, bahkan sering kita mendengarnya,
karena di setiap tahun pasti ada satu bulan penuh untuk melakukan puasa fardhu,
yaitu bulan suci ramadhan. Dalam hal ini, untuk memahami makna dari ramadhan,
saya ingin berbagi pengetahuan tentang apa yang mesti dipersiapkan sebelum dan
ketika bulan ramadhan tiba.[*]
Memaknai
ramadhan memang bukan suatu haI mudah, apalagi bagi kita kalangan awam. Akan
tetapi hal ini tidak berlaku bagi kita sebagai ummat Islam, seperti dijelaskan
dalam surat al-'Alaq ayat 1-5 : "IQRA' ”Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia Yang mengajar (manusio) dengan pena. Dia
mengajar manusia yang tidak diketahuinya" Ayat ini sangat jelas,
bahwa kita tidak bisa berkilah dari keawaman selama masih memiliki akal yang
sempurna.
Al-Ghazali
dalam tulisannya "Rahasia Puasa
Fardhu" mengemukakan beberapa syarat lahiriah puasa fardhu: Pertama,
mengamati datangnya bulan ramadhan, kemudian memberitahukan hasil pengamatan
tersebut. Jika tidak bisa diamati (tertutup awan) bulan, maka dengan menghitung
lamanya bulan Sya'ban hingga genap 30 hari. Kedua, niat yang
dilakukan disetiap malam selama bulan ramadhan. Niat tidak dilakukan hanya
ketika memasuki bulan ramadhan, tetapi dilakukan selama bulan ramadhan, jika
tidak demikian puasanya tidak sah (batal). Ketiga, menjauhkan dari memasukkan
zat-zat seperti makanan, minuman, menghisap zat (semisal tembakau dan lainnya),
dan menyuntikkan cairan kedalam tubuh dengan sengaja (kecuali uzur mendesak). Keempat,
menahan diri dari berjima' (berhubungan
badan). Kelima, menjauhkan diri dari mengeluarkan mani dengan sengaja
karena bisa membatalkan puasa. Keenam, menjaga agar tidak muntah
dengan sengaja. (dalam Bahtiar, 2005: 20-25).
Tentunya
keenam syarat lahiriah tersebut telah sering terdengar ditelinga, apalagi
selama bulan ramadhan. Akan tetapi hal yang terpenting adalah bagaimana kita
bisa menjalani dan mengamalkan hal tersebut, terlebih hal yang dilarang lainnya.
Namun bagaimana kita melakukan hal tersebut? Adalah dengan menggantikan
kesibukkan akan dunia dengan mengabdi dan berserah diri pada- Nya. 11 bulan
sudah kita telah diberikan peluang untuk mencari dan mengumpulkan rizki-Nya
agar kita leluasa menjalankan perintah-Nya selama ramadhan. Firman Allah swt.: “Wahai
orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah swt, niscaya Dia akan
menolongmut dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad (47): 7).
Di
sisi lain Al-Ghazali juga mengatakan : "Cinta
dunia yang herlebihan menyebabkan orang beriman melalaikan ibadah kepada Allah
swt, dan melalaikan berkhidmat kepada manusia, harena cinta dunia yang
berlebihan dapat mnyebabkan kuatnya hawa nafsu dan menyebabkan seseorang tidak menyiapkan
bekalnya untuk akhirat.” Jadi jelaslah bahwa bulan ramadhan merupakan
sebagai bulan bagi kita untuk seluas-luasnya beibadah dan mendekatkan diri
kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah swt. melalui lisan rasul-Nya: “Setiap amal shaleh akan diberi pahala dari
sepuluh hingga tujuh ratus derajat, kecuali puasa, karena puasa adalah untuk-Ku
dan Aku sendirilah yang akan memberinya pahala" (HR. Bukhari Muslim).
Rasulullah saw, bersabda: "orang yang
berpuasa akan mempetoleh dua kegembiraan, yakni kegembiraan ketika berbuka dan
kegembiraan ketika bertemu dengan Tuhan-Nya'' (HR. Bukhori Muslim).
[*]
Sumber Bacaan: Laleh Bachtiar (Ed.), Ramadhan
Itu ...; Ulasan-ulasan Mereka yang Tercerahkan, Surabaya: Risalah Gusti,
2005.