Jumat, 05 September 2014

Rekrutmen CPNS: Transparan vs Kebohongan

Rekrutmen CPNS: Transparan vs Kebohongan

Oleh: Suryan

Berita tentang penerimaan CPNS tahun 2014 akhir-akhir ini menjadi hot issue diberbagai media massa, baik elektronik maupun cetak di negeri ini. Semua orang di negeri ini disibukkan dengan pentingnya informasi dari berbagai media, seolah jadi detektif yang mencari informasi sedetil-detilnya, hanya untuk mengetahui kualifikasi formasi yang dibutuhkan dan diselenggarakan oleh setiap instansi.
Di sisi lain, pemberitaan ini (rekrutmen CPNS) seolah terkaburkan dan berbenturan dengan hangatnya topik pilpres yang baru saja usai setelah ditetapkannya putusan MK tanggal 21 Agustus 2014, Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) terpilih sebagai presiden dan wakil presiden 2014-2019 dan rencana dilantik tanggal 20 Oktober 2014.
Namun demikian, berita rekrutmen CPNS 2014 ini tetap dan semakin hangat disebabkan rentang waktu yang telah ditentukan/dijadwalkan oleh menpan semakin `mepet'. Jadwal yang telah ditentukan dan dipublikasikan oleh menpan, 11-15 Agustus 2014  merupakan ketetapan resmi rincian formasi, 18-29 Agustus 2014 pengumumanlowongan formasi secara resmi, dan 20 Agustus - 3 September 2014 pendaftaran CPNS secara online.
Kekhawatiran ini semakin menjadi seiring waktu yang terus berjalan, dan sampai saat ini pengumuman formasi belum merata dan seluruhnya diumumkan. Untuk kementrian/lembaga saja update 26-08-2014 pukul 19.00 WIB baru 35 dari 71, sedangkan untuk provinsi/kabupaten/kota belum ada sama sekali.
Di Babel sendiri, yang mengumumkan formasi baru Bangka Barat itupun belum bisa melakukan pendaftaran secara online di laman www.regpanselnas.menpan.go.id dan www.panselnas.menpan.go.id, statusnya masih dalam proses. Hal ini membuat kebingungan bagi masyarakat yang memiliki keinginan untuk menjadi pegawai negeri. Belum lagi `diribet' -kan dengan sistem online, yang tidak semua orang mampu dan memiliki akses memadai guna melakukan pendaftaran secara online.
Terkadang orang yang mempunyai skill atau kemampuan, terkendala akses dan tempat tinggal di daerah terpencil harus menyerah sebelum berperang. Jangankan orang yang tinggal di daerah terpencil, yang tinggal di `kota' saja dengan berbagai macam kemudahan fasilitas dan akses masih juga mengalami `kebingungan'.
Begitulah realita yang terjadi di negeri ini, katanya `transparan' tetapi hingga hari ini belum juga terbukti komitmen yang dikeluarkan dan dipubliskan. Transparan dan kebohongan menjadi sesuatu yang salih `bersenggolan', ada celah sedikit langsung `didepak'.
Yang menjadi persoalan ketika manusia berani berbohong karena menurutnya itu benar tapi sifat kebenaran yang diyakininya subjektif bukan objektif. Seperti dikutip dari laman www.http://pemb-la.blogspot.com/2014/02/kejujuran-vs-kebohongan,realitas di Negara tercinta INDONESIA yang di penuhi oleh koruptor-koruptor bejat yang secara kolektif membangun realitas kedua (kebohongan) sehingga realitas utama tertutupi. Susah mengenali kebenaran karena kebohongan sudah diyakini sebagai layaknya kebenaran itu sendiri. Seperti kata Goebbels "Kebohongan yang diulang-ulang akan dianggap sebagai kebenaran".
Semoga ke depan hal sepeti ini tidak akan terulang dan terulang lagi. Semoga komitmen tetap menjadi komitmen dan terealisasi sesuai dengan komitmen yang dikeluarkan. Semoga kata-kata Goebbels di atas tidak akan terjadi di Negeri ini.(*)

Terbit di harian pagi Bangka Pos dan Pos Belitung
Sabtu, 30 Agustus 2014

http://bangka.tribunnews.com/2014/08/30/rekrutmen-cpns-transparan-vs-kebohongan