Rekrutmen CPNS: Transparan vs
Kebohongan
Oleh: Suryan
Berita
tentang penerimaan CPNS tahun 2014 akhir-akhir ini menjadi hot issue diberbagai media massa, baik elektronik maupun cetak di negeri
ini. Semua orang di negeri ini disibukkan dengan pentingnya informasi dari
berbagai media, seolah jadi detektif yang mencari informasi sedetil-detilnya,
hanya untuk mengetahui kualifikasi formasi yang dibutuhkan dan diselenggarakan
oleh setiap instansi.
Di sisi lain,
pemberitaan ini (rekrutmen CPNS) seolah terkaburkan dan berbenturan dengan
hangatnya topik pilpres yang baru saja usai setelah ditetapkannya putusan MK
tanggal 21 Agustus 2014, Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) terpilih
sebagai presiden dan wakil presiden 2014-2019 dan rencana dilantik tanggal 20
Oktober 2014.
Namun demikian, berita
rekrutmen CPNS 2014 ini tetap dan semakin hangat disebabkan rentang waktu yang
telah ditentukan/dijadwalkan oleh menpan semakin `mepet'. Jadwal yang telah
ditentukan dan dipublikasikan oleh menpan, 11-15 Agustus 2014 merupakan
ketetapan resmi rincian formasi, 18-29 Agustus 2014 pengumumanlowongan formasi secara resmi, dan 20 Agustus - 3
September 2014 pendaftaran CPNS secara online.
Kekhawatiran ini
semakin menjadi seiring waktu yang terus berjalan, dan sampai saat ini
pengumuman formasi belum merata dan seluruhnya diumumkan. Untuk kementrian/lembaga
saja update 26-08-2014 pukul 19.00 WIB baru 35 dari 71, sedangkan untuk
provinsi/kabupaten/kota belum ada sama sekali.
Di Babel sendiri, yang
mengumumkan formasi baru Bangka Barat itupun belum bisa melakukan pendaftaran
secara online di laman www.regpanselnas.menpan.go.id dan
www.panselnas.menpan.go.id, statusnya masih dalam proses. Hal ini membuat
kebingungan bagi masyarakat yang memiliki keinginan untuk menjadi pegawai negeri. Belum lagi `diribet' -kan dengan sistem
online, yang tidak semua orang mampu dan memiliki akses memadai guna melakukan
pendaftaran secara online.
Terkadang orang yang
mempunyai skill atau kemampuan, terkendala akses dan tempat tinggal di daerah
terpencil harus menyerah sebelum berperang. Jangankan orang yang tinggal di daerah
terpencil, yang tinggal di `kota' saja dengan berbagai macam kemudahan
fasilitas dan akses masih juga mengalami `kebingungan'.
Begitulah realita yang
terjadi di negeri ini, katanya `transparan' tetapi hingga hari ini belum juga
terbukti komitmen yang dikeluarkan dan dipubliskan. Transparan dan kebohongan
menjadi sesuatu yang salih `bersenggolan', ada celah sedikit langsung
`didepak'.
Yang menjadi persoalan
ketika manusia berani berbohong karena menurutnya itu benar tapi sifat
kebenaran yang diyakininya subjektif bukan objektif. Seperti dikutip dari laman
www.http://pemb-la.blogspot.com/2014/02/kejujuran-vs-kebohongan,realitas
di Negara tercinta INDONESIA yang di penuhi oleh koruptor-koruptor bejat yang
secara kolektif membangun realitas kedua (kebohongan) sehingga realitas utama
tertutupi. Susah mengenali kebenaran karena kebohongan sudah diyakini sebagai
layaknya kebenaran itu sendiri. Seperti kata Goebbels "Kebohongan yang
diulang-ulang akan dianggap sebagai kebenaran".
Semoga ke depan hal
sepeti ini tidak akan terulang dan terulang lagi. Semoga komitmen tetap menjadi
komitmen dan terealisasi sesuai dengan komitmen yang dikeluarkan. Semoga
kata-kata Goebbels di atas tidak akan terjadi di Negeri ini.(*)
Terbit di harian pagi Bangka Pos
dan Pos Belitung
Sabtu, 30 Agustus 2014
http://bangka.tribunnews.com/2014/08/30/rekrutmen-cpns-transparan-vs-kebohongan