Kamis, 05 Januari 2012

Wanita Ingin di Cintai




 
Daftar Isi .

MUQADDIMAH ..

SEKILAS TENTANG WANITA ..
Wanita Pra Islam ....
Wanita Dalam Islam ......
Keistimewaan Wanita ....
Keutamaan-Keutamaan Wanita ....
  1. Keutamaan Wanita Quraisy .....
  2. Keutamaan Wanita Anshar ......
  3. Keutamaan Istri-istri Nabi Muhammad SAW ......
 CINTA DAN SAYANG .....
Pengertian Cinta dan Sayang .....
  1. Cinta ......
Pembagian Cinta …..
Cinta kepada Allah .…..
Tanda-tanda Cinta Allah kepada hamba-Nya .…..
Cinta kepada Rasulullah …..
Rasul adalah Teladan yang Sempurna …….
Cinta kepada Orangtua ……
Cinta kepada Sesama …....
  1. Sayang ..........
1.      Kasih Sayang Allah .....
2.      Kasih Sayang Makhluk .....
3.      Virus Kasih Sayang .......
Wanita Ingin di Cintai dan di Sayangi ....
  1. Sebagai Seorang Ibu ......
  2. Sebagai Seorang Istri .....
  3. Sebagai Seorang Anak ......
Hasrat Seorang Wanita ........

MALU SEBAGAI TABIAT DASAR ....
Pengertian Malu ...........
Macam-macam Malu ........
Malu Sebagian dari Iman ........
Bila Rasa Malu telah Hilang .........

CEMBURU TANDA SAYANG .......
Pengertian Cemburu ........
Pembagian Cemburu ........
Mengapa Harus Cemburu .......
Allah juga Cemburu ......
Cemburu yang Berlebihan ........
Cemburu Karena Allah .......

INGIN DIMENGERTI, DIHARGAI, DAN DIHORMATI ........
Karena Wanita Ingin di Mengerti ......
Ingin di Hargai .........
Sebuah Pengakuan .......
Ingin di Hormati ........
Tips Agar Wanita di Hormati ......

RINDU KEBAHAGIAAN .......
Apakah Kebahagiaan Itu ? .……
Hakikat Bahagia ........
Sumber-sumber Kebahagiaan ……
Kunci Kebahagiaan ……
Memaknai Kebahagiaan ……
Unsur Kebahagiaan ........
Wanita Ingin Kebahagiaan ........
Do’a untuk Kebahagiaan …...
Kebahagiaan Dunia Akhirat .........
Tips Menjadi Wanita Paling Bahagia …

PENUTUP ...........
DAFTAR PUSTAKA ..........
TENTANG PENULIS .........



 
 MUQADDIMAH


 Bismillahirrahmanirrahim
 

Segala puji hanya bagi Allah swt, Sang pemilik alam semesta, yang seisinya ada dalam genggaman-Nya. Kami memohon, meminta, dan berharap hanya bagi-Nya. Semoga Dia senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya di dunia ini. Amin.
Salam dan shalawat semoga senantiasa tercurahkan kepada manusia pembawa risalah kebenaran yang diutus oleh Allah swt sebagai utusan terakhir, dialah Muhammad saw. Manusia yang wajib dijadikan teladan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Karena suri teladan yang baik telah ada pada dirinya. Sebagaimana Allah swt berfirman.
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx.   
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Meneladani kepribadian Nabi Muhammad saw adalah sebuah kewajiban yang mutlak bagi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Agar menjadi manusia yang benar dan selamat di dunia dan di akhirat.
Menjadi wanita adalah sebuah anugerah yang luar biasa, sebagaimana jadi laki-laki. Wanita diciptakan sebagai teman dan pendamping bagi laki-laki. Keduanya diciptakan dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Keduanya harus saling melengkapi sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Allah swt berfirman.
¨£`èd Ó¨$t6Ï9 öNä3©9 öNçFRr&ur Ó¨$t6Ï9 £`ßg©9
 “Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187).
Wanita adalah makhluk ciptaan Allah swt yang paling sempurna di dunia ini. Sosok yang penuh misteri dan tak ada tandingannya. Ia kerap kali dipuji, disanjung, dan diharapkan cintanya. Menjadi sumber inspirasi bagi para penyair, penulis novel, dari yang klasik hingga yang modern, dan lain sebagainya. Seperti disebutkan dalam sebuah ungkapan, “Di mana ada wanita, di sanalah kehangatan hidup dapat dirasakan.”
Peran wanita yang sangat signifikan tak dapat dielakkan, bahwa ia sangat berperan penting bagi eksistensi dan kemajuan sebuah peradaban. Sebuah ungkapan menyebutkan, “Jika wanita di suatu bangsa baik, maka baik pulalah seluruh bangsa itu. Sebaliknya, jika hancur ia, maka hancur pulalah bangsa itu.”
Jadi, tak dapat dipungkiri bila tanpa adanya wanita dunia akan jadi damai, indah, dan adanya peradaban. Tetapi sebaliknya, yang dirasakan dunia bagaikan fatamorgana (gersang dan tandus), seperti tak ada dunia. Hidup akan sunyi, kesepian, tak ada teman, hiburan, terlebih ‘cinta’.
Di balik semua itu, kembali pada fitrah dan tabiat dasarnya, bahwa wanita ingin dicintai dan disayangi. Perangainya yang lemah lembut menunjukkan bahwa cinta dan sayang tak pernah terpisahkan darinya.
“Wanita; Ingin di Cintai dan di Sayangi” demikianlah judul buku yang ada di tangan pembaca sekarang, semoga menjadi sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi kita semua, khususnya bagi para wanita. Bila terdapat kesalahan (kekeliruan) dan kekurangan, mohon diingatkan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk sebuah pembenaran lebih lanjut.
Akhirnya, selamat membaca dan mengambil manfaatnya!

                                                             Belitong, Desember 2011




CINTA DAN SAYANG


“Ulama’ ma’ani mengatakan,
Cinta adalah kecenderungan terhadap sesuatu atau seseorang,
karena lengketnya kecenderungan itu maka disebut shababah
yang apabila melebihi yang seharusnya menjadi asyik dan
jika sampai ke puncak disebut shaghar, atau ketika sudah
samapi menghambakan diri disebut tatayyum.”
÷ Faisal Tehrani ø


Cinta dan sayang adalah fitrah yang dimiliki oleh setiap manusia, karenanya setiap orang dianugerahi naluri untuk menyayangi dan disayangi. Mengekspresikan (menyalurkan) rasa cinta bukanlah suatu kesalahan, selama masih mengikuti  ketentuan yang telah ditetapkan oleh agama (Islam), begitu juga dengan rasa sayang.
Pengertian Cinta dan Sayang
a.    Cinta
Cinta dapat diartikan sebagai suatu perasaan atau keinginan untuk memiliki sesuatu yang dianggap atau dicitakan bisa menyenangkan, mendamaikan, menenangkan, dan bahkan dapat membahagiakan. Cinta paling tinggi didefinisikan sebagai cinta sejati kepada pencipta segala cinta, yaitu Allah swt. Cinta sejati ini lahir dari hati seorang yang beriman, yang mencintai Allah dengan sepenuh hati dan perasaan, bersikap lemah lembut, dan saling mengasihi sesama manusia.
Cinta adalah kekuatan yang luar biasa, karena dapat membuat seseorang melakukan sesuatu yang terfikirkan oleh akal. Ia juga sebagai pertalian kasih sayang yang mencakup aspek spiritual, perasaan, fisik, intelektual, dan sosial antara individu yang terlihat. Cinta juga berarti kemauan, kesenangan, daya tarik, kerinduan, dan keresahan oleh keterikatan perasaan kepada seseorang atau sesuatu (Kamsah, 2006: 9).
Sungguh cinta yang murni, suci, sunyi dari penipuan dan bersumber dari mata air yang jernih merupakan cita-cita agung. Cita-cita setiap orang yang bertaqwa, harapan setiap pencari kebenaran, dan tujuan setiap perindu ilahi. Cinta suci ini membuka hati yang tertutup, memuaskan jiwa-jiwa yang dahaga, menyatukan kelompok-kelompok yang berselisih, pikiran-pikiran yang berseberangan, dan menunudukkan nafsu amarah, kemudian sang pecinta mendapatkan salam sejahtera dari Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang. “Ya Allah, jangan Engkau halangi kami dari kebaikan yang ada padaMu karena keburukan yang ada pada kami” (Al-Hajjar, 2003: 67-68).
Mendefinisikan cinta tidak dapat difokuskan ke dalam satu pengertian yang pasti, karena pada hakikatnya ia hanya dapat dimaknai oleh orang yang sedang mengalaminya. Namun, cinta yang hakiki adalah sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’an dan al-Hadits, yakni cinta karena Allah dan hanya untuk Allah. Sebagaimana diingatkan oleh Allah dalam al-Qur’an bahwa apa yang ada di sisinya lebih baik daripada cinta-cinta yang bersifat keduniaan.
z`Îiƒã Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$# šÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎŽÏÜ»oYs)ø9$#ur ÍotsÜZs)ßJø9$# šÆÏB É=yd©%!$# ÏpžÒÏÿø9$#ur È@øyø9$#ur ÏptB§q|¡ßJø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur Ï^öysø9$#ur 3 šÏ9ºsŒ ßì»tFtB Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( ª!$#ur ¼çnyYÏã ÚÆó¡ãm É>$t«yJø9$# ÇÊÍÈ  
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran: 14)
Dalam riwayat Tirmidzi dari Ibnu Abbas, Nabi Muhammad saw bersabda, “Cintailah Allah karena Dia yang mencurahkan nikmat-nikmat-Nya kepadamu; dan cintailah Aku (nabi saw) karena mencintai Allah, dan cintailah keluargaku karena mencintaiku.” (HR. Tirmidzi)
Berikut akan diuraikan cinta menurut al-Qur’an dan Hadits sebagaimana yang dijelaskan oleh Kamsah (2006: 15).
Pengertian cinta menurut al-Qur’an;
Y  Hasrat untuk berpasangan dalam menikmati keindahan dan kelezatan hidup,
Y  Kesenangan dan keinginan terhadap hal-hal yang disenangi,
Y  Berbagi, kemuliaan hati, kasih sayang, hormat, dan ketaatan kepadda yang dicintai,
Y  Cinta yang sejati lahir dari orang beriman yang mencintai Allah sepenuh hati dan perasaan, bersikap lembut, dan aling mengasihi sesama umat Islam.
Pengertian cinta menurut Hadits;
Y  Saling menebarkan salam dan mengucapkan hormat,
Y  Memelihara silaturahim – saling berhubungan dan mengunjungi,
Y  Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan cinta sesama manusia semata-mata karena Allah akan melahirkan kenikmatan spiritual atau kelezatan dalam keimanan.
Pembagian Cinta
Cinta dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu; cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada orangtua, dan cinta kepada sesama. Cinta kepada Allah yakni melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Cinta kepada rasulullah yakni dengan menneladani kepribadiannya dan diterapkan dalam kehidupan. Cinta kepada orangtua yakni dengan berbakti kepadda mereka, dan cinta kepada sesama yakni dengan memelihara hubungan (silaturahim).
Cinta Kepada Allah
Cinta kepada Allah adalah suatu kewajiban yang mutlak bagi setiap makhluk (manusia), khusunya bagi seorang Muslim. Cinta kepada Allah merupakan wujud dari pengimanan seorang hamba kepada penciptanya. Oleh karena itu, bila manusia tidak mencintai Allah, padahal ia seorang Muslim, maka ia tidak akan pernah merasakan manisnya iman. Sebagaimana Nabi saw bersabda, “Ada tiga hal ketika orang yang memilikinya akan meraakan manisnya iman, yaitu; mencintai Allah dan rasul-nya melebihi segala-galanya, mencintai seorang hanya karena Allah, dan enggan kembali kafir setelah diselamatkan oleh Allah daripadanya, sebagaimana enggannya kalau dilemparkan ke dalam api.” (HR. Bukhari Muslim)
Berdasarkan hadits ini, sudah jelas bahwa hanya orang-orang yang mencintai Allah dan rasul-Nya yang akan merasakan manisnya iman. Bila seorang telah merasakan manisnya iman, tentunya hidupnya akan tenang dan bahagia, dantentunya mendapat jaminan surga dari Allah swt.
Menurut Ibnu Athaillah, cinta hamba kepada Allah adalah suatu sikap mental, sikap yang mendorong manusia untuk mengagungkan Allah.sikap yang selalu mengharapkan keridhaan-Nya. Selalu ingin bertemu dengan Tuhannya. Tidak merasa tenang dengan kemewahan duniawi, hanya Allah yang selalu muncul dalam getar kalbunya. Berzikir, bertasbih, dan bertahmid kepada Allah. Orang yang mencintai Allah selalu menyebut nama-Nya, selalu berttaubat kepada-Nya, berserah diri, dan menerima ketentuan-Nya, serta bersedia meninggalkan nafsu syahwatnya. Bahkan bersedia mengorbankan segala-galanya demi kepentingan Allah (Kamsah, 2006: 209).
Tidak ada apapun yang boleh kita cintai selain Allah, dan mencintai hanya karena Allah. Dialah yang harus dan wajib untuk disembah. Sebagaimana firman-Nya,
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Tanda-tanda Cinta Allah kepada hamba-Nya
Allah swt berfirman,
ö@è% bÎ) óOçFZä. tbq7Åsè? ©!$# ÏRqãèÎ7¨?$$sù ãNä3ö7Î6ósムª!$# öÏÿøótƒur ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRèŒ 3 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÊÈ  
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
Dan firman-Nya,
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä `tB £s?ötƒ öNä3YÏB `tã ¾ÏmÏZƒÏŠ t$öq|¡sù ÎAù'tƒ ª!$# 5Qöqs)Î/ öNåk:Ïtä ÿ¼çmtRq6Ïtäur A'©!ÏŒr& n?tã tûüÏZÏB÷sßJø9$# >o¨Ïãr& n?tã tûï͍Ïÿ»s3ø9$# šcrßÎg»pgä Îû È@Î6y «!$# Ÿwur tbqèù$sƒs sptBöqs9 5OͬIw 4 y7Ï9ºsŒ ã@ôÒsù «!$# ÏmŠÏ?÷sム`tB âä!$t±o 4 ª!$#ur ììźur íOŠÎ=tæ ÇÎÍÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Maidah: 54)
Dari uraian ayat di atas, dapat dipahami bahwa tanda-tanda cintanya Allah kepadda hamba-Nya adalah akan diampuninya dosa-dosanya dan iapun (hamba) akan dicintai oleh Allah swt. Bila Allah telah cinta, maka seluruh makhluk ciptaan-Nya – pun akan mencintainya. Sebagaimana dalam sebuah hadits dijelaskan, “Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah memanggil Jibril seraya berfirman, “Allah swt mencintai Fulan, maka cintailah ia.” Kemudian Jibril mencintai orang itu dan berkata kepada penghuni langit, “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia.” Kemudian penghuni langit mencintai orang itu. Setelah itu, cinta tersebut diteruskan kepada penghuni bumi.” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam riwayat lain, Muslim menambahkan, “Dan apabila Allah membenci seseorang, maka Allah memanggil Jibril dan berfirman; “Sesunguhnya Aku (Allah) membenci Fulan, maka bencilah ia.” Kemudian Jibril membenci orang itu. Setelah itu Jibril berkata kepada penghuni langit; “Sesungguhnya Allah membenci Fulan, maka bencilah ia.” Kemudian kebencian tersebut diteruskan kepada penghuni bumi.”
Demikianlah tanda-tanda cintanya Allah kepada hamba-hamba-Nya. Ia akan dicintai oleh para Malaikat, penghuni langit, dan akan dicintai oleh penghuni bumi (manusia dan makhluk lainnya).
Cinta kepada Rasulullah
Cinta kepada Rasulullah merupakan prasyarat atas kesempurnaan iman, sebagaimana yang diriwayatkan dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas ra, “Seseorang di antara kamu tidak masuk dalam perkiraan (kategori) beriman sehingga (ia) menempatkan Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari Muslim).
Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw bersabda;
اِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَا مَكَارِمَ اْلاَخْلَاقِ
 “Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad)
Meneladani pribadi rasulullah aalah sebuah keharusan bagi setiap manusia (sebagai pengikutnya). Oleh karena itu, selayaknya untuk senantiasa bershalawat kepada beliau, sebagai tanda kecintaan kepada beliau. Menjalankan sunnahnya tanpa harus mencari asal-usulnya, karena setiap apapun yang dilakukan atau diperbuat oleh rasulullah semuanya adalah benar dan pasti ada hikmahnya.
Allah swt berfirman,
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Dan firman-Nya,
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ  
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)
Rasul adalah Teladan yang Sempurna
Tidak ada teladan yang paling baik di dunia ini yang patut untuk diikuti, kecuali keteladanan Nabi Muhammad saw. Setiap apapun yang dilakukan dan yang diperbuat oleh Nabi saw adalah baik, dan itu adalah sunnah yang harus diikuti dan dilakukan.
Rasulullah saw adalah manusia terbaik, dia tidak melakukan apapun melainkan yang baik dan benar. Ia sangat penyayang, pemaaf, sopan santun, murah senyuman, dan lain sebagainya. Seperti yang dikatakan oleh Abdullah bin Harits bin Jaz’in, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih banyak senyumnya dibanding Rasulullah saw.” (HR. Turmudzi).
Berikut sebuah kisah yang dicerikan oleh seorang pembantu nabi tentang kesantunan beliau terhadap pembantunya (al-Qasim, 2009: 110). Anas bin Malik berkata;
خَـدَ مْـتُ  رَسُوْلُ اللهِ  صَـلَّى اللهُ عَلَيْهِ  وَسَلَّــمَ عَـشْـرَ سِنِيْـــنَ فَـمَا قَــالَ لِى: أُفٍّٔ،  قَـطُّ ، وَمَا قَــالَ لِشَيْءِ صَنَعْتُهُ : لِـمَ صَنَعْتَهُ ؟  وَلَا لِـشَيْءٍ تَرَكْـتُهُ : لِـمَ تَرَكْـتَهُ ؟
“Aku menjadi pembantu Rasulullah selama sepuluh tahun. Selama itu beliau tidak pernah berkata ‘ah’ kepadaku. Tidak pernah mengomentariku karena suatu pekerjaan dengan mengatakan, ‘Kenapa engkau mengerjakan hal itu?’ Dan juga belum pernah mengomentari sesuatu yang tidak aku selesaikan dengan mengatakan, ‘Kenapa kamu tidak mengerjakannya?’.” (HR. Muslim)
Inilah akhlak mulia serta suri teladan dari Rasulullah saw yang harus diikuti dan dijaddikan pelajaran. Agar menjadi manusia yang terbaik dan mendapat pahala dari Allah swt, serta dimasukkan ke dalam surga-Nya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Cinta kepada Orangtua
Cinta kepada orangtua adalah kewajiban bagi seorang anak. Berbakti dan berbuat baik kepada mereka adalah salah satu bukti cinta seorang anak kepada keduanya. Anjuran untuk berbuat baik dan berbakti kepada kedua orangtua telah dituliskan dalam al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya,
* 4Ó|Ós%ur y7/u žwr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$­ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8yYÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ   ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u­/u #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ  
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra’: 23-24)
Berbakti dan berbuat baik kepada kedua orangtua adalah amal yang paling disukai oleh Allah swt, dan ini adalah perintah yang diberikan-Nya kepada setiap anak. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud berkata, “Saya bertanya kepada Nabi saw; ‘Apakah amal yang paling disukai oleh Allah swt?’ Beliau menjawab, ‘Shalat pada waktunya.’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbuat baik kepada kedua orangtua.’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berjuang padda jalan Allah’.” (HR. Bukhari Muslim).
Cinta kepada Sesama
Memelihara silaturahim merupakan salah satu bentuk dari cinta kepada sesama, merendah diri juga termasuk bagian darinya. Saling tolong-menolong, berbuat baik, menjaga dan memelihara keamanan dan kedamaian di antara sesama juga sebagai bukti cinta kepada sesama, terlebih bila sesama Muslim.
Allah swt berfirman,
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷ƒuqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ  
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara  kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Dan firman-Nya,
Èßxù=Á9$#ur ׎öyz 3 ÏNuŽÅØômé&ur Ú[àÿRF{$# £x±9$#   
“... dan perdamaian itu lebih baik (bagi  mereka) walaupun  manusia itu menurut tabiatnya kikir.” (QS. An-Nisa’: 128)
Kemudian dalam ayat lain Allah swt juga berfirman,
(#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ  
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong  dalam  berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah  kamu  kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari Muslim).
Demikianlah perintah dan ajaran dari Allah swt dan Rasulullah saw agar cinta kepada sesama (ukhuwah Islamiyyah). Karena sebagai makhluk sosial, setiap manusia pasti membutuhkan orang lain, baik dalam keluarga, masyarakat, tetangga, saudara, teman, dan lain sebagainya.
b.    Sayang
Sayang (kasing sayang) adalah perasaan ingin dibelai, dimanja, dijaga, dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Sudah tidak diperdebatkan lagi bahwa setiap orang memerlukan dan membutuhkan kasih sayang, sejak lahir hingga menghembuskan nafas yang terakhir. Kasih sayang adalah perasaan suci murni yang menuntut perhatian dan penghargaan dari orang-orang di sekelilingnya. Jiwa dan raga menjadi subur dan kuat apabila kehidupan diceritakan dengan kasih sayang, kehidupan menjadi pincang dan selalu ada kesalahan (Kamsah, 2006). Kekeringan kasih sayang menyebabkan hilangnya rasa cinta. Bila rasa cinta telah hilang maka tiada lagi yang bernilai agama (religius). Tatkala tak ada lagi nilai-nilai agama dalam diri, maka keluarlah ia dari Islam.
Kasih sayang, atau dalam bahasa al-Qur’an ‘rahmat’ ada dua macam. Ada yang berhubungan dengan hak Allah dan ada yang berhubungan dengan makhluk. Curahan rasa cinta kasih, betapapun kecil yang kita berikan kepada seseorang (terlebih kepada Allah), dapat menjamin kemudahan jalan kita menuju surga-Nya.
1.      Kasih Sayang Allah
Kasih sayang yang berhubungan dengan Allah, yaitu kasih sayang yang merupakan sifat dari zat Allah yang tidak terbilang jumlahnya, sebagaimana firman-Nya,
ÓÉLyJômuur ôMyèÅur ¨@ä. &äóÓx« ÇÊÎÏÈ ...  
“Dan rahmat-Ku (kasih sayang) meliputi segala sesuatu..."(QS. Al-A’raaf: 156)
Dan juga kasih sayang yang merupakan sifat dari pekerjaan Allah (fi’il-Nya). Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya Allah menjaddikan rahmat (kasih sayang) sebanyak seratus rahmat pada hari Dia menjadikan rahmat itu.” (HR. Bukhari)
Ini berarti kasih sayang Allah adalah kasih sayang yang mencakup segala sesuatu itu, termasuk bagian sifat Allah yang selalu ada dan tidak bisa dibagi, dipilah, atau dikelompokkan. Berbeda dengan rahmat (kasih sayang) Allah yang Dia ciptakan untuk hamba-Nya dan meletakkan kasih sayang (pen) itu dalam hati mereka (ash-Shagharji, 2004: 51-52). Sebagaimana Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya Allah menjaddikan seratus rahmat ketika Dia menciptakan langit dan bumi. Setiap rahmat bersusun antara langit dan bumi.”
2.      Kasih Sayang Makhluk
Kasih sayang yang berkaitan dengan kecenderungan hati yang diiringi dengan rasa cinta dan sayang kepada semua yang dikasihi, dan dibuktikan dengan tindakan nyata, seperti memberi makan kepada yang lapar, memberi pakaian mereka yang telanjang, menyelamatkan mereka yang ada dalam bahaya, membela orang yang teraniaya, dan menunjukkan orang yang bingung menjawab (mengajari) orang yang bertanya tentang agama.
Seperti apa yang dikatakan oleh Jalaludin Ar-Rumi dalam Al-Hallaj (2003), “Jika tidak ada cinta, peradaban dunia akan membeku. Cinta bagaikan lautan; seluas dan sedalah daya jelajah hati nurani manusia itu sendiri. Cinta dan sayanglah yang seharusnya menjadi dasar utama bagi hubungan antara manusia, kebudayaan, bangsa, dan sistem hidup yang berbeda.”
Seorang sufi besar yang telah terbukti cintanya kepada yang Maha menciptakan cinta, mengecam orang yang mengaku cinta tetapi tidak membuktikan cintanya dengan sejati dan benar. Dialah Rabiatul Adawiyah, dalam syairnya menyebutkan;
“Engkau durhaka kepada Tuhan,
sedangkan engkau mengaku cinta kepada-Nya.
Ini adalah yang mustahil dan merupakan cinta palsu.
Sekiranya cinta kamu benar,
pasti kamu taat kepada-Nya.
Engkau yang menjalin hubungan cinta akan tunduk pada yang dicintainya.”
(Kamsah, 2006: 234)
Jarir bin Abdillah al-Bajali meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw bersabda;
“Barangsiapa yang tidak mengasihi manusia, maka Allah Azza Wajalla juga tidak akan mengasihinya.” (HR. Muslim)
Dan dari Abu Hurairah, beliau bercerita bahwa Rasulullah saw bersabda;
لَا تَـــنْزَعُ الـرّحْمَةُ إِلَّا مِنْ شَقِيٍّ
“Rahmat (kasih sayang) tidak akan dicabut kecuali dari orang yang celaka.” (HR. Abu Dawud)
Banyak yang berubah di dunia ini karena ada kasih sayang. Banyak pula yang berganti lantaran tak ada kasih sayang. Ia memang pilar penting dalam kehidupan ini. Berikut diuraikan betapa pentingnya kasih sayang dalam kehidupan.
Menyayangi adalah sari pati ajaran Tauhid
Bagi seorang Muslim, soal kasih sayang bukanlah suatu hal sederhanan. Sebab, secara substansi kasih sayang merupakan sari pati ajaran tauhid.
Rasulullah saw bersabda,
عَـنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ اْلنَّبِيٍّ صَــلَّى اللهُ عَـلَـــيْهِ وَسَــــلَّم قَالَــــ : لَا يُــؤْمِنُ اَحَـدُ كُــمْ حَــتَّى يُحِـبُّ لِاَخِـيْهِ مَا يُحِـبُّ لِـنَفْـسِهِ
“Dari Anas ra, dari Nabi saw, beliau bersabda; ‘Salah seorang di antara kamu sekalian tidaklah sempurna imannya sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari Muslim)
Menyayangi merupakan langkah dasar untuk menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka
Bila kita sayang terhadap diri dan keluarga, tentu kita ingin bersama-sama masuk ke surga. Tidak ada seorangpun di dunia ini menginginkan sesuatu yang jelek terhadap diri dan keluarganya, apalagi untuk terjerumuskan ke dalam kenistaan dan kehinaan di mata Allah swt, yang pada akhirnya mendapat ganjaran dengan neraka. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada kita agar senantiasa menjaga diri dan keluarga agar terhindar dari api neraka, sebagaimana firman-Nya;
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur ... ÇÏÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu...” (QS. At-Tahrim: 6)
Kemudian Allah juga menjanjikan kepada mereka berkumpul bersama nantinya, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an, “Dan orang-orang yang beriman, dan anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun daripada amal mereka.” (QS. Ath-Thur: 21).
Kuncinya hanya dengan iman, yakni hanya berserah diri pada Allah swt semata. Menjalankan ajaran Islam secara sempurna, mengerjakan semua perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Menyayangi akan mengantarkan kepada persatuan
Dalam Islam, kasih sayang dalam pengertian kolektif memiliki wadah besar bernama ukhuwah atau persaudaraan. Sudah menjadi kewajiban bagi seorang Muslim untuk menjalin dan memupuk persaudaraan (ukhuwah islamiyah). Memupuknya adalah dengan sikap lemah lembut dan sopan santun. Sebagaimana Allah swt berfirman, “Maka disebabkan rahmat Allah, kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekira kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri darri sekelilingmu, karena itu maafkanlah mereka.” (QS. Ali Imran: 159).
Menyayangi akan menjadi penyambung utama kehidupan
Keberlangsungan hidup manusia tidak akan pernah lepas dari kasih sayang. Sebab, dunia ini ada karena ada kasih sayang, dan ia tetap ada selama masih ada kasih sayang. Ketika kasih sayang hilang, cepat atau lambat kehidupan akan berhujung kepada kepunahan. Ketika kasih sayang tercabut dari kehidupan bersama, maka bencana kehilangan yang begitu mengerikan akan segera datang.
Maka berikanlah kasih sayang kepada sesama, tidak harus memandang siapa orangnya, yang terpenting berkasih sayanglah kita kepada sesama umat Islam. Dengan demikian, sedikit banyak akan memberikan andil bagi keberlangsungan hidup dan kehidupan ini (Tarbawi, 2003: 9-11).
3.      Virus Kasih Sayang
Virus ini, sedapat mungkin dengan usaha yang sungguh-sungguh harus kita hindari dan harus dibuang  sejauh mungkin. Jangan sampai ada sedikitpun ia melekat dalam diri kita, karena ia kan menjadikan hilangnya kasih sayang. Virus tersebut sebagi berikut;
{  Penyakit hati, yaitu;  dengki, sombong, iri, amarah, dan penyakit hati lainnya akan meredupkan kasih sayang. Rasulullah saw bersabda, “Kedengkian akan memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Ibnu Majjah).
{  Latar belakang kejiwaan, yaitu kehilangan kasih sayang yang disebabkan seseorang memiliki latar belakang kejiwaan (kebiasaan) yang keras dan kasar.
{  Godaan syetan, yang tak pernah lelah untuk menggoda manusia, berbagai cara dilakukan agar terjadi perseteruan di antara sesama manusia, hingga pada akhirnya bagi yang lemah akan terjerumus ke dalam kesesatan.
{  Hawa nafsu, inilah virus yang paling sulit untuk dideteksi, bentuk dan rupanya tidak bisa dilihat, juga tidak dapat digambarkan dengan pasti. Ia bisa dalam bentuk berlebihan pada saat memberikan kasih sayang tersebut. Awalnya baik, tetapi hawa nafsu menjadikannya menyimpang dari niat awalnya. Bahkan bisa menyeretnya ke jalan yang salah dan menjadikannya kasih sayang yang haram (yang dilandasi atas dasar hawa nafsu, bukan karena Allah). (Tarbawi, 2003: 11).
Wanita Ingin Dicintai dan Disayangi
Sudah menjadi fitrah manusia, bahwa manusia ingin mencintai dan dicintai. Cinta diterima sebagai kebutuhan hidup dan juga sebagai jalan untuk mengenal dan mengagungkan Allah swt. Sebagaimana tertulis dalam al-Qur’an, firman-Nya,
`ÏBur Èe@à2 >äóÓx« $oYø)n=yz Èû÷üy`÷ry ÷/ä3ª=yès9 tbr㍩.xs? ÇÍÒÈ  
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz-Dzariyat: 49)
Demikian juga halnya dengan wanita, selalu ingin dicintai, dikasihi, dan disayangi oleh siapapun, baik sebagai seorang ibu, anak, ataupun ia sebagai seorang istri.


1.      Sebagai Seorang Ibu
Selain melahirkan, tugas seorang ibu sangatlah berat, ia harus merawat dan mendidik anak yang telah dilahirkannya agar menjadi anak yang shalih dan shalehah, juga pandai berbakti. tidak hanya itu, ia juga merawat keluarga, suami, dan harta suaminya. Semua itu dilakukan tanpa meminta dan mengharapkan imbalan, atau balasan atas apa yang telah dilakukannya.
Di samping tugasnya yang begitu berat, walau ia tak mengharap balas dan imbalan dari tugas tersebut, sebagai seorang wanita ia tetap membutuhkan cinta dan kasih sayang, terutama dari suami dan anak-anaknya. Tak ada seorangpun yang tidak menginginkan kasih sayang, demikianlah ibu, ia selalu ingin dicintai dan disayangi, love forever.
Seorang suami, kasih sayang yang harus diberikannya adalah membahagiakannya di dunia dan di akhirat sebagai yang utama. Ia juga harus menjamin keselamatan, menjadi tempat perlindungan, dan memenuhi nafkahnya lahir dan bathin.
Dia juga harus tahu bagaimana memperlakukannya dan menunaikan hak-haknya semampunya dengan penuh kasih sayang. Tidak pernah lupa untuk senantiasa berterima kasih kepadanya atas bantuan, pendidikannya terhadap anak-anak, dan atas pekerjaan rumah. Dengan terima kasih (pujian) yang sering diucapkan kepadanya akan memberikan semangat baru, sehingga membuatnya tidak menjadi malas dan jemu.
Selalu peka dan penuh cinta kasih terhadap istrinya. Kata-kata cinta dan kasih sayang sering keluar dari lisannya, sehingga dapat menyenangkan dan mendamaikan hati istrinya. Sebagai seorang suami, ia tidak hanya pandai menghibur, ataupun cukup hanya dengan memenuhi kebutuhan lahir bathinnya, tetapi semua hal harus dimilikinya (berusaha menjadi manusia yang multi fungsi atau super power bagi istrinya, insya Allah).
Sedang sebagai anak, ia harus berbakti kepadanya (ibu) dengan cara berbuat baik dan menyenangkan hatinya. Selain itu, sebagaimana harapan semua orangtua terhadap anaknya adalah agar mereka menjadi  anak yang shalih dan shalihah.
Mengingat jasa orangtua, teruatama ibu yang telah berjuang mengandungnya selama sembilan sepuluh hari dengan mempertaruhkan nyawa saat melahirkannya. Tak pernah ia mengharapkan balasan dari anaknya; dengan ikhlas, merupakan sebuah kebahagiaan yang telah lama dinantikan. Setelahnya, ia dirawat, dididik, dinafkahi, dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
Karena jasanya yang besar itulah, Allah swt sangat besar pula perhatian terhadapnya (termasuk ayahnya; orangtua), sehingga Dia (Allah) mengaitkan berbakti dan berbuat baik kepadanya dengan ibadah dan tauhid kepada-Nya.
Allah swt berfirman,
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ  
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah  kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
Dan firman-Nya,
* (#rßç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·qãsù ÇÌÏÈ  
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah  kepada dua orang  ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan  teman sejawat, Ibnu sabil,  dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa’: 36)
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Beraktilah kepada orangtuamu, niscaya anak-anakmu akan berbakti kepadamu, dan peliharalah kebersihan dirimu, agar istrimu memelihara kebersihannya.” (HR. Thabrani).
Kemudian diriwayatkan dalam hadits lain, bahwa pada suatu hari ada seorang laki-laki datang menemui Nabi saw, lalu bertanya kepada beliau, “Siapakah orang yang paling berhak saya pergauli (berbakti) dengan baik?” “Ibumu”, jawab Nabi saw. “Kemudian siapa lagi?” “Ibumu”, jawab Nabi saw. “Kemudian siapa lagi?” “Ibumu”, jawab Nabi saw. “Kemudian siapa lagi?” “Ayahhmu”, jawab Nabi saw.” (HR. Bukhari Muslim).
Demikianlah perintah Allah dan Rasulullah kepada seorang anak agar berbakti kepada ibunya, baru kemudian kepada ayahny. Sungguh mulia, hingga Nabi saw memerintahkan agar lebih mengutamakan berbakti kepada ibu, bukan kepada ayah. Begitulah tugas seorang anak kepada kedua orantunya, agar berbakti dan berbuat baik kepadanya.
2.      Sebagai Seorang Anak
Selain sebagai ibu, wanita sebagai anak juga ingin dicintai dan disayangi. Ia sangat membutuhkan kasih sayang dari kedua orangtuanya, terutama dari ibunya. Anak adalah permata keluarga, permata yang paling berharga di dunia. Karena nantinya, jika orangtuanya telah tiada, ia adalah sebagai jariyah bagi keduanya. Anak menjadi jariyah bagi mereka tatkala anak adalah anak yang shalih dan shalihah. Sedang, menjadikan anak untuk jadi anak yang sahlih dan shalihah adalah tanggungjawab kedua orangtua. Karena pada hakikatnya anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), sebagaimana Nabi saw bersabda;
“Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasannya Rasulullah saw bersabda; “Tidaklah seorang yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah (suci dari kesalahan dan dosa), maka oarangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, nasrani, dan Majusi.” (HR. Muslim).
Ummu Fudhail bercerita, suatu ketika dia datang ke rumah Rasulullah saaw dengan membawa seporang anak. Nabi menyambutnya dengan gembira seraya mengembangkan tangannya dan mengangkat anak tersebut ke atas pangkuannya. Tiba-tiba anak itu kencing. Ummu Fudhail langsung merenggut anak itu dengan kasar. Seketika itu Nabi saw langsung menegur wanita tersebut seraya mengingatkannya, “Saudariku, pakaian yang basah ini bisa dibersihkan dengan air. Tapi apa yang bisa menghilangkan kekeruhan dalam jiwa sang anak akibat renggutanmu yang kasar itu?” (Gunadi (pen.), dkk., 2002: 89).
Kisah ini menggambarkan betapa pentingnya berhati-hari dalam memelihara jiwa anak. Jangan sampai mengesankan kekasaran dan kekerasan yang dapat dibawanya sampai dewasa. Berapapun usianya, seorang anak adalah manusia yang memiliki jiwa, perasaan, dan kepribadian lainnya.
Orangtua yang memperlakukan anak-anak wanitanya dengan baik, bersabar dalam mengasuh mereka, mendidik dengan cara yang baik, serta selalu memperhatikan hak Allah pada diri mereka hingga mencapai usia dewasa atau hingga orangtua meninggal, dijanjikan oleh Rasulullah akan mendapatkan balasan surga, bahkan akan di tempatkan kedudukannya di dekat beliau saw di perkampungan yang penuh dengan kenikmatan dan kekal abadi selamanya.  Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa nantinya ia akan menjadi amal jariyah untuk mereka.
Orangtua tidak berwenang untuk menjual atau memberikan hak kepemilikan anak perempuannya kepada orang lain dalam keadaan bagaimanapun. Sebab, Islam telah menghapuskan jual beli orang merdeka, baik laki-laki maupun perempuan, dalam bentuk apapun termasuk anak. Apabila dia memiliki harta sendiri, kewajiban orangtua adalah mengawasi harta tersebut dengan cara yang baik dan bijak (Al-Qardhawi, 2006: 97).
Begitulah wanita sebagai seorang anak, ia senantiasa membutuhkan kehangatan kasih sayang, perlindungan, pendidikan, dan lain sebagainya, yang tujuannya agar menjamin dirinya bertemu dengan Sang Penciptanya, yaitu Allah swt. Kemudian masuk ke dalam surga-Nya, kekal abadi di dalamnya.
3.      Sebagai Seorang Istri
Wanita tak pernah lepas dari kasih dan sayang, ia ingin selalu dicintai, disayangi, dimanjakan, dihormati, dihargai, dan dipuji, serta diberikan perlindungan dan kedamaian. Semua hal tersebut tentunya ia harapkan dari pasangannya, suami tercinta, I love you forever.
Istri sangat membutuhkan ketenangan dan perlindungan dari pasangannya, di manapun dan kapanpun. Tak mengenal waktu dan suasana. Karena ia ingin di semua suasana ada perhatian dan pujian untuknya. Dan yang terpenting untuknya hanyalah damai, romantis, harmonis, dan bahagia. ‘Suamiku, engkau adalah segalanya untukku, dan engkau selalu ada dalam hatiku’.
Sebagai ciptaan yang sempurna, wanita sebagai istri secara psikologis, menurut Abu Al-Ghifari (2004: 132), lebih banyak mendapat tekanan (stress), karena tugasnya yang begitu berat. Oleh karena beratnya tugas tersebut, Islam menghibur mereka agar tabah, karena pahalanya sederajat dengan laki-laki yang maju ke medan perang (syahid). Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Siapa di antara kalian (para istri dan ibu) ikhlas tinggal di rumah untuk mengasuh anak-anak dan melayani segala urusan suaminya, maka ia akan memperoleh pahala yang kadarnya sama dengan pahala para mujahidin di jalan Allah.” (HR. Bukhari Muslim).
Dan dalam hadits yang lain, beliau saw juga bersabda, “Ada empat perkara yang barangsiapa diberi keempat perkara itu berarti ia telah diberi kebaikan dunia dan akhirat; hati yang bersyukur; lisan yang berzikir; kesabaran dalam menghadapi cobaan; dan istri yang tidak berkhianat terhadap dirinya sendiri dan tidak pula terhadap suaminya.” (HR. Thabrani).
Lalu dalam surat An-Nisa’ ayat 34 Allah swt befirman,
... àM»ysÎ=»¢Á9$$sù ìM»tGÏZ»s% ×M»sàÏÿ»ym É=øtóù=Ïj9 $yJÎ xáÏÿym ª!$# 4 ...
“Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka).” (QS. An-Nisa’: 34)
Islam mengangkat nilai dan martabat wanita dengan cara meletakkan ia sebagai istri. Bahkan Islam menganggap wanita yang mampu melaksanakan kewajibannya sebagai istri kepada suami dengan baik sebagai bentuk jihad di jalan Allah, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits di atas.
Rumah adalah tempat jihadnya, jadi sebaik-baik wanita adalah mereka yang pandai menghiasi rumahnya, sehingga suaminya merasa tenang dan damai saat berada dalam rumah. “Baiti jannati”, inilah kata Rasulullah terhadap rumahnya. Rumahku adalah surgaku, tentram, damai, tenang, dan asri di dalamnya. Pujian itu ditujukan kepada istrinya, karena pandai merawat dan menghiasi rumah. Tidakkah kalian (para wanita) enggan menjadi seperti istrinya nabi ? Yang begitu mulia dan dijamin masuk surge. Mudah-mudahan para wanita tidak enggan, dan mencita-citakan diri agar menjadi seperti istrinya Nabi saw.
Hasrat seorang Wanita
Di balik kehebatan dan kesempurnaan wanita, dia tetaplah sebagai makhluk ciptaan-Nya, yang butuh akan kasih saying dan perlindungan yang hakiki. Sekali lagi, bahwa ia ingin dicintai dan disayangi dengan sepenuh hati. Itulah hasrat seorang wanita, selalu dan selalu ingin dimanja, dipuji, disayangi, dan dibahagiakan. Jika semua itu telah ia dapatkan, ia akan memberikan segalanya. Tetapi bukan berarti aia begitu mudah memberikan segalanya kepada siapa saja. Justru secara naluriah, wanita sangat selektif memilih siapa orang yang pantas menjadi pelindungnya. Yang pasti, ia akan memberikan segalanya kepada suaminya, dan hanya untuk suaminya, kemudian anaknya.
Berikut sebagai gambaran tentang indahnya cinta seorang terhadap orang yang dicintainya;
“Ketika orang yang dicintai menyambut dengan mesra cinta yang telah diberikan, bagaikan indahnya dalam surga, yang hanya bisa dirasakan dengan alam fantasi (hanyalan). Ibarat sang kupu-kupu yang hinggap pada sekuntum mawar yang sedang mekar berseri, dan membiarkan kupu-kupu menghirup aroma dan keharumannya yang tiada tara, yang tak satupun dapat menandinginya.

Indah... indah... begitulah cinta pabila sedang bersemi. Terus tumbuh dan berkembang di bawah alunan gesekan biola kerinduan, sesuai dengan perawatan dan bimbingan penderita cinta. Takkan pernah terlupakn dalam kenangan hidup, sekalipun ia tak bisa memilikinya.

Hari-hari terasa indah, seolah mentari memberikan cahaya kehidupan. Senyum dan tawa mengiringi setiap hentakan kaki melangkah, bagaikan kisah cinta Laila Majnun yang penuh dengan kegilaan. Seperti jalinan cinta Romeo dan Juliet yang rela mati demi keteguhan cinta mereka berdua. Begitulah cinta yang sedang tumbuh dan bersemi. Terasa indah nan tiada tara. Tiada yang dapat menyainginya pabila telah menyatu.”
Wanita adalah yang lembut dan sangat membutuhkan kelembutan. Bahkan kelembutan itu menjadi cirri khas wanita. Oleh karenanya, wajar saja bila wanita ingin dicintai dan disayangi. Sampai kapanpun itu semua tidak akan pernah padam dari hatinya, dalam lubuk sanubarinya yang paling dalam, sampai akhirnya ajal menjemput. Selama ia masih hidup, selama itu pula hasratnya ingin selalu dicintai dan disayangi hidup dalam dirinya. Karena itu semua adalah fitrah dan tabiat dasar bagi seorang wanita.


Oleh: Nayrus El Rayyan dan Faatihah El Rayyan