Sabtu, 30 April 2011

SENYUM DAN SYUKUR


SENYUM DAN SYUKUR


Senyum itu adalah anugerah
Fitrah yang diberikan oleh Allah
Menyuruh kita untuk beribadah
Memberi senyuman jalan yang termudah

Dengan senyum orangpun kagum
Bagai melati mekar sekuntum
Wanginya semerbak ke mana-mana
Membuat orang jadi terpesona

Syukur itu tandanya cinta
Atas pemberian dari Yang Maha Esa
Rajin mengerjakan shalat dan puasa
Itulah wujud pengungkapannya

Dengan bersyukur semua akan terukur
Rizki kita sudah ada yang mengatur
Cukup kita rajin tafakur
Pasti semua akan jadi makmur

Senyum dan syukur harus dijaga
Harus didahulu dan diutama
Itulah tanda orang yang bertaqwa
Akhirat kelak mendapat balasan surga

Inilah sifat yang harus dipelihara
Dijalani dengan sepenuh raga
Sampai kita meninggal dunia


Oleh: Nayrus El Rayyan
Rivan’s Merawang, Senin 08 Februari 2010
21:08 WIB

PASANGAN HIDUP


PASANGAN HIDUP


Hidup itu tak bisa sendiri
Harus ada yang mendampingi
Menemani hati di setiap hari
Dari pagi sampai malam hari

Walaupun jodoh sudah ada yang memberi
Pilihan itu ada pada diri
Janganlah terburu memutuskan kehendak hati
Kenali dahulu baru didekati

Pilihan itu adalah hak pada kita
Asalkan jangan lupa pada yang Kuasa
Karena segala sesuatu Dia yang menentukannya

Carilah pasangan hidup yang sekufuk
Yang cintanya telah terpupuk
Jauhi pertikaian selalulah berujuk
Akhirnya hidup mendapat petunjuk

Bila telah dapat pasangan sejati
Jangan lupa untuk berserah diri
Bersama-sama hadapi uji
Susah dan senang saling berbagi

Inilah ciri pasangan yang diridhai
Akan mendapat berkah dari ilahi
Keluarga sakinah itulah yang dikehendaki
Atas izin Allah semua itu dikaruniai
Insya Allah …


Oleh: Nayrus El Rayyan
Rivan’s Merawang, Senin 08 Februari 2010
21:08 WIB

PENTINGNYA ILMU


PENTINGNYA ILMU


Menuntut ilmu itu yang utama
Bila sudah cukup usia
Jangan lupa selalu berdo’a
Ilmu yang diamal pasti mendapat pahala

Ilmu yang tidak diamal bagai pohon tiada buahnya
Itulah syair Arab menyebutkannya
Memang benar demikian adanya
Jika kita mengetahuinya

Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu
Ilmunya lekat tak termakan waktu
Bila yakin akan hal itu
Pasti kelak akan mendapatkan sesuatu

Belajar di waktu besar bagai mengukir di atas air
Ilmunya keras mudah mencair
Seperti arus sungai yang terus mengalir
Tetapi cepat ketemu akhir

Siapa mau dunia harus dengan ilmu
Siapa mau akhirat juga dengan ilmu
Siapa mau keduanya juga harus dengan ilmu
Itulah hadits nabi yang harus kita tahu

Orang berilmu ditinggikan beberapa derajat
Karena ia memiliki banyak bakat
Hidupnya akan bermartabat
Dunia akhirat jadi selamat

Itulah ilmu yang bermanfaat
Semoga Nabi memberi syafaat
Di akhirat jadi penyelamat


Oleh: Nayrus El Rayyan
Rivan’s Merawang, Senin 08 Februari 2010
21:08 WIB

PETUNJUK HIDUP


P E T U N J U K  H I D U P



Hidup di dunia yang fatamorgana
Membuat orang jadi sengsara
Bagaikan terdiam dalam penjara
Jika tidak penuh dengan usaha

Bumi dipijak dengan telapak kaki
Kita hidup harus berbenah diri
Agar menjadi manusia yang madiri

Santunlah dalam bermasyarakat
Murahlah terhadap kerabat
Agar menjadi orang yang bermartabat

Amal harus selalu ditambah
Jangan lupa selalu berbenah
Supaya jadi orang yang ramah
Teguhkan diri dengan amanah

Kitab Al-Qur’an pegangan manusia
Petunjuk bagi hidup di dunia
Selalu bertaubat menghapus dosa
Akhirat nanti pasti bahagia

Hidup itu haruslah bermurah
Biar rezeki terus bertambah
Dan pasti akan mendapat berkah

Rajinlah sembahyang lima waktu
Itulah kewajiban bagi yang tahu
Mengerjakannya tiada menunggu

Berbuat baik pada kedua orangtua
Mengharap ridha dari Yang Kuasa
Masuk surga tanpa disiksa
Itulah petunjuk hidup bagi manusia

Inilah gurindam yang serat akan makna
Nasehat bagi umat manusia
Agar menjadi orang yang bertaqwa
Dunia akhirat pasti berbangga

Cukup sekian nasehat ini
Semoga pembaca jadi memahami
Pentingnya hidup dengan mengabdi
Akhirnya menjadi hidup yang hakiki
Insya Allah …


Oleh: Nayrus El Rayyan
Rivan’s Merawang, Senin 08 Februari 2010
21:08 WIB

Kamis, 28 April 2011

Video: Raihan - Senyum

Berguru Pada Sunyi


BERGURU PADA SUNYI
Oleh: Suryan Masrin




Mengawali tulisan ini, saya mulai dengan sebuah ungkapan dari Ibnu Qoyyim; “Jika engkau amati, kebanyakan manusia rela dengan dunia dan berpaling dari ayat-ayat Allah. Dan sangat sedikit yang sanggup berbeda dengan mereka. Karena akan menjadi terasing di antara mereka.”

Dunia yang semakin ramai, semakin banyak hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, dan semakin banyak pula hal-hal aneh terjadi. Hiruk-pikuk, sorak-sorai pesta dunia terlihat di mana-mana. Banyak orang berlomba-lomba untuk terus berhias hanya demi kesenangan semata. Demi bersenang-senang, mereka rela menggadaikan akidahnya. Segala cara dilakukan demi mencapai cita-cita. Persis seperti yang dikatakan oleh Nabi saw, dunia yang semakin tua ini, seperti orangtua yang semakin berdandan. Ibarat tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi-jadi. Tidak pernah menyiapkan dan membekali diri, padahal usia semakin berkurang, sedangkan dunia semakin kelam.

Di balik semua itu, hanya ada sekelompok orang shalih yang mampu mengendalikan diri agar tidak terjerumus ke dalam hal tersebut. Mereka tidak tergiur dengan kenikmatan yang semu, bahkan mereka rela hanyut dalam kesunyian, demi mendapatkan mardhotillah (keridhaan Allah). Orang-orang shalih merasa dunia tidak sedang ramai, tetapi sebaliknya, semakin sepi dan sunyi. Menjadikan diri larut dalam kesunyian, bersimpuh dalam cahaya iman dan kedekatan kepada Allah swt. Itulah yang mereka lakukan dan mereka rasakan, serta itu pula yang kita berharap dapat juga merasakannya (termasuk bagian darinya).

Berguru pada sunyi bukan tidak memilki makna, banyak hikmah yang terkandung di dalamnya. Jika di tengah-tengah keramaian orang sulit membagi waktu untuk Allah, paling hanya sekedar memenuhi kewajiban saja. Tetapi tidak demikian jika dalam keadaan sunyi. Bila di tengah keramaian kebanyakan orang susah untuk memaknai agama (Islam), tetapi tidak dalam kesunyian. Orang lebih banyak meluangkan waktu, menyempatkan diri, dan sengaja larut dalam kesunyian untuk berfikir jernih, lebih tenang, membaca al-Qur’an, buku-buku, dan bahkan dapat menenangkan dan mengobati stress. Mereka bisa memaknai arti dari indahnya berislam, hidup dengan beragama dan beraturan (berpegang pada al-Qur’an dan hadits) .

Sebuah kisah, Abu Dzar al-Ghifari (sahabat nabi) yang meilih tinggal di Rabadzah, sebuah dusun kecil yang juga sepi di luar Madinah. Ia memilih tinggal di sana setelah beberapa waktu wafatnya Nabi Muhammad saw. Memang tidak mudah berpisah dengan seorang nabi  yang mulia bagi seorang yang pernah hidup bersama beliau. Namun itulah yang dirasakan oleh Abu Dzar, yang membuatnya benar-benar sunyi, di tengah gairah kekuasaan Islam yang terus melebar, ketika tanah demi tanah tunduk dalam hidayah Islam. Sebuah keputusan dan pilihan yang sangat sulit. Bagaimana bila seandainya kita yang merasakan hal demikian?
Pilihan keteguhannya benar-benar menghantarkannya kepada sepi yang tak terperikan, jauh dari  keramaian dan kemewahan. Sebuah keputusan yang benar-benar sulit.

Suatu hari, seorang laki-laki datang ke rumah Abu Dzar. Orang itu melayangkan pandangan ke setiap pojok rumahnya. Dia tidak melihat apa-apa di dalam rumah itu. Kemudian orang itu bertanya, “Wahai Abu Dzar, di mana barang-barangmu?” Abu Dzar menjawab, “Kami mempunyai rumah yang lain (di akhirat). Barang-barang kami yang bagus telah kami kirimkan ke sana.”

Orang itu rupanya mengerti maksud Abu Dzar, lalu ia berkata, “tetapi  bukankah kamu memerlukan juga barang-barang itu di rumah ini (di dunia).”

“Tetapi yang punya rumah (Allah) tidak membolehkan kami tinggal di sini (di dunia) selamanya.” Jawab Abu Dzar.

Begitulah seorang Abu Dzar yang memilih hidup dengan kesunyian. Ia rela tinggal di rumahnya dengan tiada barang-barang apapun. Yang diutamakan hanya senantiasa bertemu dengan Tuhannya. Dan itu adalah pilihan hidupnya.

Sebagian dari sunyi itu adalah takdir Allah, sebagian lagi aadalah pilihan hidupnya. Meskipun sebuah pilihan hidup, tetap tak terjadi tanpa takdir dan kehendak Allah swt. Tetapi kata kunci dari kesunyian Abu Dzar terletak pada derajat keshalihan yang dipilihnya. Ia telah berusaha memilih yang paling di atasnya, dan itulah pilihan kesunyian itu. Dukutip dari Majalah Tarbawi Edisi 59 Th. 4/Rabiul Awwal 1424 H/15 Mei 2003 M).

Dari sekelumit kisah di atas, menggambarkan bahwa kesunyian merupakan sebagai hal atau sesuatu yang bermakna bagi orang-orang yang shalih. Ia menjadi salah satu jalan untuk mendekatkan diri dan bemunajat kepada Allah swt. Berguru pada sunyi, agar menjadi lebih baik, terus membaik, dan terus menjadi yang terbaik di mata Allah swt dan manusia.

Mari jadikan keteladanan para nabi yang menggunakan waktu malamnya untuk bertemu dan berdialog dengan Allah swt di tengah kesunyian, di saat orang-orang tengah tertidur lelap, sebagai motivasi bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Tak lupa juga, menjadikan keteladanan para keluarga, sahabat, dan tabi’in dalam berjuang melawan orang-orang kafir Quraisy dan mendakwahkan ajaran nabi (Islam) kepada mereka, di tengah tantangan, cacian, dan kekejaman, serta keberingasan orang-orang kafir tersebut.

Semoga kita menjadikan sunyi (kesunyian) sebagai moment untuk meresapi keindahan, memperbanyak ibadah-ibadah sunnah, selalu mencari saudara yang sehati, mempererat silaturahim, dan berdo’a memohon keteguhan hati untuk tetap diistiqomahkan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Sebagaimana nabi sering berdo’a memohon keteguhan, “Ya Allah yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati ini untuk tetap berada di jalan-Mu.”

Ini jugalah yang merupakan do’a orang-orang shalih terdahulu. Sebagaimana tercatat dalam al-Qur’an, “(Mereka berdo’a), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepadda kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 8).
Wallahu a’lam...


Belitong, 02 Februari 2011

Video: Raihan.-.Nabi Anak Yatim

Niat dan Ikhlas


Niat dan Ikhlas


Setiap perbuatan tergantug dengan niatnya
Tidak lupa harus dengan usaha
Bagaimana mungkin semua terlaksana
Kaki melangkah hanya sekedar saja

Allah itu Maha Bijaksana
Tidak pernah memandang siapa orangnya
Siapa beramal akan mendapat pahala
Siapa lalai akan mendapat dosa

Hasil yang didapat tidak dapat dirasa
Bila hati terus merasa kurang harta
Orang beriman merasa nikmat tak terhingga
Orang durhaka tidak ada puasnya

Begitulah hidup yang tanpa bertaqwa
Semua keberkahan tiada berguna
Dikasih banyak jadi berbangga
Dikasih sedikit jadi berputus-asa

Memang dunia milik orang durhaka
Semua kesenangan berpihak padanya
Biarlah di dunia hidup sengsara
Akhirat kelak dijamin surga

Inilah nasehat yang mengingatkan kita
Pentingnya niat dalam setiap usaha
Ridha dan ikhlas sebagai kuncinya
Semoga kita termasuk di dalamnya
Insya Allah...


Oleh: Nayrus El Rayyan
Belitong, 26 Januari 2011
11:15 WIB